Mohon tunggu...
Kertas Putih Kastrat (KPK)
Kertas Putih Kastrat (KPK) Mohon Tunggu... Dokter - Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM IKM FKUI 2022

Kumpulan intisari berita aktual // Ditulis oleh Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM IKM FKUI 2022 // Narahubung: Jansen (ID line: jansenjayadi)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kencangkan Sabuk Pengaman, Gelombang Kedua Covid-19 di Depan Kita

14 Mei 2021   21:36 Diperbarui: 14 Mei 2021   21:51 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

"Any disease when you have an epidemic, when you loosen up prevention, you'll have a second wave."-Carlos Del Rio (Head of The Global Health Department at Emory University)

Gelombang Kedua Selalu Berulah

Dalam riwayatnya, gelombang kedua berlangsung relatif lebih agresif dan terjadi dalam kuantitas besar.1 Alasan yang mungkin dapat menjadi dasar dari hal tersebut adalah keinginan egois orang untuk mendapatkan tempat di rumah sakit dan/atau oksigen. Padahal, seringkali, orang-orang tersebut tidak perlu perawatan di rumah sakit.2 Dari pandemi terakhir, Flu Spanyol 1918, gelombang kedua juga terjadi relatif lebih agresif, tetapi penyebabnya tidak diketahui dengan pasti, selain dugaan dari adanya pergerakan masif dari pasukan yang berlaga di Perang Dunia I. Selain itu, data epidemiologis yang disajikan juga tidak akurat karena perkembangan epidemiologi yang masih bocil pada masa itu. Regulasi yang diberlakukan pada masa itu sesimpel tidak bepergian dan pembatasan transportasi publik serta tempat umum. Bahkan, negara seperti Amerika Serikat memberlakukan denda bagi orang yang tidak mengenakan masker.3

Pandemic Waves (1918-1919)

India Oh India

India telah membukukan rekor kenaikan kasus positif COVID-19 harian per 1 Mei 2021 lalu, yaitu 401.993 jiwa.4 Awalnya, Pemerintah India sudah diperingatkan oleh lima ilmuwan yang tergabung dalam forum ilmiah tentang varian baru COVID-19 yang ada di India dan uniknya, forum ilmiah tersebut merupakan bentukan Pemerintah India sendiri. Meskipun sudah diperingatkan, Pemerintah India tetap ngeyel dan tidak memberlakukan pembatasan sosial. Jutaan orang berkumpul untuk menghadiri kampanye politik dan salah satu festival keagamaan, Kumbh Mela.5 Pada perhelatan Kumbh Mela, umat Hindu mandi bersama di Sungai Gangga sebagai upaya pembersihan dari segala dosa. Dosa hilang, COVID datang.6 Lucunya, Kumbh Mela dapat berjalan karena direstui oleh Perdana Menteri Narendra Modi dan Partai Bharatiya Janata (BJP). Hal ini disebut-sebut oleh berbagai pihak sebagai kepentingan politik.7

Menurut WHO, varian B.1.617 sangat mungkin diasosiasikan dengan lonjakan kasus COVID-19 yang sedang berlangsung di India. Berdasarkan pemodelan awal yang dilakukan WHO, varian B.1.617 memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih cepat daripada varian lain yang ada di India. Selain itu, faktor sosial juga berkontribusi dalam penyebaran COVID-19 varian B.1.167 ini. Secara umum, varian B.1.617 ini sebenarnya memiliki beberapa "keturunan", yaitu B.1.167.1, B.1.167.2, dan B.1.167.3. Varian B.1.617.3 sebenarnya sudah masuk ke India sejak Oktober 2020, tetapi sangat jarang ditemukan.8

Sejauh ini, guncangan gelombang susulan COVID-19 di India dapat dikatakan membawa kesusahan bagi India. Hal ini dapat terlihat dari minimnya infrastruktur kesehatan yang dibuktikan dengan kebutuhan oksigen yang meningkat. Sebenarnya, rasio dokter banding pasien di India dikatakan sudah memenuhi standar WHO (1:1000), yaitu 1:1456. Namun, investasi terhadap fasilitas kesehatan yang sangat minim di India dikatakan menjadi masalah jangka panjang.2,4,9 Kebrutalan lonjakan kasus COVID-19 di India juga diperparah dengan terbakarnya salah satu rumah sakit di India yang menewaskan 16 pasien positif dan 2 staf rumah sakit. Namun, sejauh ini, penyebab kebakaran masih belum diketahui.2,4

Bagaimana dengan Indonesia?

Era globalisasi menyediakan persebaran informasi yang cepat antarnegara. Kita dapat terhubung satu sama lain dengan orang di luar negara. Bahkan, kita dapat mendapatkan jodoh juga dari luar negara. Namun, hal ini ternyata juga berlaku dengan COVID-19. Varian B.1.617 yang tadi telah disebutkan merupakan varian baru dari India dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi ternyata sudah sampai di Indonesia. Bahkan, sudah sepuluh (10) orang WNI dinyatakan terinfeksi COVID-19 varian ini dengan enam (6) di antaranya diduga tertular dari luar negeri.10

Sebuah fenomena yang mengkhawatirkan terjadi baru-baru ini ketika Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, dipenuhi oleh manusia-manusia haus Lebaran yang sedang berburu baju baru. Terlebih lagi, sedang ada diskon besar-besaran di sana yang disertai iming-iming "buy 1 get ventilator". Mengenai kejadian ini, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, mengaku tidak menduga akan terjadi kerumunan seperti ini. Sebenarnya, kondisi di lapangan sudah berusaha diminimalisasi agar tidak terjadi kerumunan oleh petugas setempat, tetapi begitulah keadaannya.11 Hal ini tentu mengkhawatirkan, sungguh mengkhawatirkan, sangat amat mengkhawatirkan, mengingat lonjakan kasus positif COVID-19 pernah terjadi ketika libur tahun baru 2021. Selain itu, varian B.1.617 yang diduga berasosiasi dengan lonjakan kasus hingga 400.000 di India juga sudah sampai di Indonesia.

Sebuah Solusi?

Sebuah eksperimen di Leipzig menempatkan 1400 orang untuk suatu eksperimen helatan konser dalam ruangan. Semua orang tadi sudah dites COVID-19 dan dipastikan negatif. Mereka diberikan sebuah peranti untuk melacak setiap pergerakan. Kemudian, hasil data pergerakan dianalisis seberapa sering dan seberapa lama mereka saling berdekatan satu sama lain. Dari penelitian tersebut, didapatkan bahwa risiko penularan COVID-19 akan menurun drastis (50:100.000 kasus per minggu) jika mereka memakai masker, menjaga jarak sekitar satu (1) meter, tidak berteriak, dan berada di ruangan dengan sistem ventilasi yang memadai. Meskipun metode ini dikritisi oleh berbagai pihak karena dikatakan tidak mencerminkan dunia sebenarnya, pihak yang pro dengan metode ini beranggapan bahwa setidaknya ada data daripada tidak sama sekali.12,13

Penulis: Radea Renoza

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun