Mohon tunggu...
Ken Terate
Ken Terate Mohon Tunggu... Administrasi - Penenun Kata

Ken Terate adalah pekerja teks komersial. Ia tinggal di Yogyakarta. Kebahagiaannya tersangkut pada keluarga kecilnya, secangkir teh, buku, drama, dan obrolan ringan.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Belanja Sayur Offline Vs Online

21 Januari 2021   11:35 Diperbarui: 21 Januari 2021   12:03 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Satu kebiasaan saya yang berubah drastis gara-gara pandemi adalah cara belanja sayur. Sebelum negara api menyerang saya belanja ke pasar tradisional dekat rumah nyaris tiap hari. Yap, nyaris TIAP HARI. Kadang ini masih ditambah belanja di supermarket dan toko lain. Dalam sehari minimal satu jam habis buat belanja. Minimal loh. 

Pandemi datang dan mendadak, dher! Saya takut belanja di pasar. Protokol kesehatan nggak ada artinya di sana. Pembeli tetap berkerumun, penjual buka tutup masker kayak korden, dan... yah pokoknya muncullah ilusi bahwa pandemi yang didengung-dengungkan di koran hanyalah ilusi (bingung, kan?).

Setelah cari info ke sana ke mari gimana cara belanja terbaik, saya menemukan bakul sayur yang bisa mengantar pesanan ke rumah. Ini saya pilih karena nggak ada bakul sayur keliling di kampung saya. Kalau ada, wah, saya pilih langganan itu.

Saya sangat berterima kasih pada pedagang sayur yang mau mangantar pesanan ke rumah. Kalau bisa sih, bakal saya kasih dia gelar pahlawan. 

Di malam hari, saya tinggal pencet-pencet ponsel, nge-list sayur yang saya butuhkan, dan voila, esok paginya sayur-sayur itu sudah mendarat manis di depan pintu. Saya benar-benar rebahan saja. Berhubung ada minimal order (Rp100.000) plus nggak bisa dadakan, saya selalu belanja sekaligus banyak. Sebisa mungkin buat seminggu. Ini juga demi menghemat tenaga saya biar nggak bolak-balik cuca-cuci sayur dan menatanya di dalam kulkas.

Praktis banget deh belanja lewat jasa pesan antar ini. Apalagi tukang sayur yang saya langgani ini nggak hanya menyediakan sayur, bumbu, dan lauk. Nyaris semua barang yang ada di pasar bisa ia bawakan. Gula, baking soda, sampai tusuk sate bisa saya beli darinya. Saya pernah pesan cup kertas buat kue kukus, nggak banyak pula. Eh, dia bisa belikan loh. Mutu bahan panganan yang ia pilih juga relative bagus.

Kedengarannya seperti sistem yang sempurna yak? Hm, nggak juga sih. Tetap ada kelemahannya.

Yang pertama, harganya relatif lebih mahal. Ini nggak semua item, hanya beberapa. Misal harga terigu yang kalau kita beli sendiri Rp9.000 per kilo, jadi Rp10.000 lewat mas delivery. Kalikan saja dengan berapa item yang Anda beli. Tetap layak? Ya teteplah. Pertimbangkan waktu yang Anda hemat, BBM plus ongkos parkir yadng nggak perlu Anda keluarkan. Selisih sepuluh hingga dua puluh ribu tetap sepadan.

Kelemahan kedua adalah cenderung monoton. Karena nggak lihat sendiri stok yang ada, akhirnya (kalau saya sih ya) terjebak pada sayur dan lauk yang itu-itu aja, yang mainstream dan nggak pakai musim. Beda kalau saya berangkat belanja sendiri. 

Sering menu saya hari itu ditentukan oleh sayur unik apa yang ada di pasar hari itu juga; rebung, keluwih, atau kulit melinjo. Sayur-sayur itu nggak selalu ada. Jadi giliran muncul di lapak simbok bakul --bertanda memang sudah musimnya--, jelas saya sambar. Saya penganut keberagaman makanan. Kalau kita mengkonsumsi makanan sesuai musim kebutuhan gizi kita sepanjang tahun akan terpenuhi.

Berikutnya karena kudu nyetok, sebagian sayur sudah berumur lebih dari tiga hari di dalam lemari es saat dikonsumsi. Beberapa akhirnya membusuk dan terpaksa saya buang. Ini jarang terjadi ketika saya belanja tiap hari karena apa yang saya beli hari itu biasanya saya masak hari itu, kecuali rempah-rempah. Akibatnya saya juga kudu memutar otak agar semua stok terselamatkan. Sayur yang cepat membusuk saya usahakan dikonsumi terlebih dahulu. Demikian pula lauknya; tempe dan tahu saya dahulukan. Setelah itu baru ikan, ayam, dan telur. Ikan dan ayam sudah pasti dibekukan yak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun