Di penghujung Debat Cawapres akhir pekan lalu, Sandiaga Uno secara spontan melontarkan ide E-KTP sebagai satu-satunya instrumen menyelenggarakan kebijakan publik, khususnya terkait program perlindungan sosial (social security) bagi warga tak mampu.
Baik eksplisit maupun implisit, Sandi berencana menihilkan kartu-kartu sakti Jokowi. Entah itu KIP maupun KIS. Termasuk Kartu Sembako Murah, KIP Kuliah, dan Kartu Pra Kerja yang belakangan ini masif dipromosikan petahana.
Tentu, boleh-boleh saja Sandi bermimpi seperti itu. Tapi bagi saya, materi kampanye menggunakan kartu tersebut tidak orisinal. Terlalu dominan nuansa tiru-tirunya. Tampak kental kesan jiplaknya. Terlihat kentara citra fotokopinya.
Mengapa saya menilai demikian? Begini argumentasinya. Kontestan 02, wabilkhusus Sandiaga, terbaca cukup gentar tatkala menyimak antusiasme publik pada sejumlah program populis ala 01 yang dirangkai antara lain lewat tiga kartu tersebut.
Di tengah hiruk-pikuk musim kampanye ini, biar bagaimana pun, masyarakat dan pemilih Indonesia cukup sensitif terhadap program populis. Lebih-lebih, program bansos terkait sembako, pendidikan, dan lapangan kerja.
Pada titik ini, saya menilai, kontestan 01 cukup pintar menangkap peluang, yang kemudian diterjemahkan dengan meluncurkan tiga kartu sakti. Sementara kubu 02 telat melakukannya karena terlalu sibuk dengan narasi yang abstrak terkait Indonesia bubar atau mau punah.
Sungguh sangat bisa dibayangkan, seandainya sejak 6 bulan lalu pihak 02 lebih dulu menggelar narasi program populis, elektabilitas 01 bisa tamat sebelum Pilpres. Sekali lagi, seumpama saja 02 lebih dini membombardir diskursus Pilpres dengan, katakanlah kartu BBM murah, kartu listrik murah, kartu sembako murah, kartu kuliah gratis, kartu rumah murah dan sejenisnya, maka sangat dimungkinkan 01 tumbang.
Namun faktanya tidak begitu. Justru 01 yang lebih dulu membangun reputasi pro rakyat lewat kartu-kartu sakti. Baru belakangan, 02 mulai menggelar janji-janji populis. Sebutlah terkait libur sekolah dan kuliah di bulan Ramadhan. Termasuk janji bantuan sosial lewat E-KTP Supercanggih Multiguna tersebut.
Plagiat Kuadrat
Tapi celakanya, sesaat setelah Sandi melontarkan ide E-KTP Multifungsi, label tukang jiplak langsung lengket kepadanya, menyusul tukang sandiwara yang telah lebih dulu melekat. Lebih parah lagi, terdapat anggapan ia sebagai tukang plagiat yang hipokrit karena selama ini 02 getol menghujat kartu sakti Jokowi-Ma'ruf.
Apalagi, kita sudah barang tentu masih ingat dengan program Kartu Jakarta Pintar (KJP) Plus yang menjadi salah satu dagangan kampanye andalan Anies-Sandi saat Pilkada DKI Jakarta tiga tahun yang lampau.