Mohon tunggu...
Ken Dedes
Ken Dedes Mohon Tunggu... -

Titisan Ken Dedes

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ken Arok, si Berandal yang Menjadi Raja, My Robinhood...

7 Agustus 2011   18:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:00 1808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="attachment_123892" align="alignleft" width="160" caption="Pujaanku..."][/caption] Kang mas Angrok, meskipun banyak yang membencimu, mengatakan dirimu pemberontak, asasinator, pembunuh berdarah dingin, penyebab kehancuran kerajaan Kediri, namun aku tetap memujamu...mencintai dan bahkan rela mati untukmu, mengapa? Karena itulah misteri cinta, tidak ada yang bisa memisahkan kita, meskipun cinta kita berpeluh duka dan lara dan penuh darah...seperti cinta Cleopatra dan Antonio, penuh intrik-intrik kekuasaan, namun itulah nanti yang akan terukir oleh sejarah. Alur percintaan normal tidak akan menarik manusia untuk melihatnya, namun kisah kita, kuyakin akan turun temurun diceritakan, menjadi legenda dan menjadi pembelajaran untuk manusia-manusia di masa depan...bahwa sejarah akan berulang,jika cinta berbalut ketamakan, keserakahan juga selalu diulang di setiap era dan jaman. Kang mas, tidak adakah yang tahu, bahwa dirimu adalah putra Dewa Brahma , sang nasib membawamu ke kehidupan yang pastinya tidak kau pilih jika engkau bisa memilih sebelum datang ke dunia, sejak bayi dirimu dibuang, lalu di asuh oleh paman Lembong yang seorang pencuri handal. Like father like son, orang bilang, tentunya engkau di saat dewasa menjadi pencuri yang tangguh, karena lingkunganmu adalah lingkungan orang-orang keras salah satunya seperti Bango Samparan, seorang penjudi kelas wahid. Akhirnya, dirimu malah jadi kepala perampok. Persis seperti teori hereditasnya Mendel. Siapa nyana nasib baik membawamu bertemu dengan Lohgawe, seorang brahmana terkenal yang akhirnya membawamu bertemu dengan Tunggul Ametung untuk menjadi pengawalnya. Maafkan aku kang mas, gara-gara dirimu melihat kecantikanku yang tiada tara di hutan Baboji dan kainku tersingkap sehingga dirimu bisa melihat yang harusnya tidak boleh kau lihat...yang biasanya tertutup, karena sinarnya bisa membuat hati yang melihatnya menjadi tergila-gila, karena itulah aku dijuluki Parasmewari (mungkin cikal bakal dari Permaisuri nantinya)  demikianlah dirimu jadinya, tergila-gila padaku, bukan hanya karena kecantikan dan kemolekan tubuhku (karena Tunggul Ametung juga demikian) namun juga karena ternyata dirimu begitu ambisius, ingin menyingkirkan Tunggul Ametung. Meskipun Lohgawe sudah melarangmu. Maka tak ayal pula, karena kecintaanmu padaku, kau ingin merebut tahta Kediri. Aku berada disana sebagai saksi mata pembunuhanmu terhadap Tunggul Ametung, dan apakah dunia tahu, engkau membunuhnya pada saat ia sedang tidur? dan akupun disisinya..dan tak kusangka kau ternyata mengkambinghitamkan sahabatmu Kebo Ijo sehingga ia di hukum mati. Mengapa aku tetap mencintaimu Ken Arok? karena aku percaya bahwa dirimu telah memenuhi kutukan bapakku, Mpu Purwa. Beliau mengutuk bahwa Tunggul Ametung yang telah menculik diriku akan mati terbunuh karena kecantikanku. Juga karena aku membenci Tunggul Ametung yang menculikku. Tahukah kang mas, ketika aku direnggut paksa untuk dikawin oleh Tunggul Ametung- oleh perias pengantin kerajaan yang juga perempuan, aku pun ‘dipercantik’ dengan mangir, dibebat dengan wewangian dupa dan sebagainya, sekali lagi hanya agar penampilanku dapat memikat Tunggul Ametung, sosok lelaki yang sebenarnya tak pernah aku harapkan menjadi ayah dari anak-anakku bahkan jika itu ada dalam hayalanku pun. Kata Gede Mirah, perias kerajaan Singosari itu, agar wajahku tak terlihat pucat. Aku memang telah menangis selama empat puluh hari sebelum Tunggul Ametung merampas keperawananku, sejak lelaki itu menculikku dari desa. Akan tetapi dengan riasan dari Gede Mirah pada hari wadad pengantin itu, aku merasa tetap dijadikan obyek. Karena itulah aku sangat membencinya. Kang mas Angrok, meski dunia mencela kita, memaki dan berkata banyak sekali perbuatan keji yang dirimu lakukan dan aku juga punya andil di dalamnya, tetap saja sejarah mencatat bahwa dari turunan-turunan kitalah raja-raja Jawa terutama Majapahit berasal. Dari dirimulah, sang Sri Rangga Rajasa, kerajaan Singosari terbentuk, dan menjadi cikal bakal kerajaan wangsa Rajasa, leluhur Majapahit, suatu trah kerajaan yang sangat berpengaruh di tanah Jawa. Coba dirimu dulu tidak terlalu kesusu, maksa-maksa Mpu Gandring untuk menyelesaikan pembuatan keris itu selama 5 bulan, begini dia tidak mengeluarkan kutukannya karena kau terpaksa membunuhnya...dan kemudian kalau dirimu lebih memberikan perhatian pada Anusapati dan tidak membeda-bedakan dirinya dengan saudara tirinya yang lain, begini dia tidak balas dendam karena kematian ayahnya...namun ah, sekali lagi itulah resiko kehidupan...perputaran perkutukan, dosa, intrik-intrik kekuasaan senantiasa berputar ditengah-tengah para pelakonnya, dan kemudian ia kembali lagi di masa-masa depan yang tidak menyadari bahwa mereka semua ada di dalam permainan kutukan nasib yang tidak ada habis-habisnya. Siapakah yang bisa mematahkan kutukan itu hingga saat ini? Tanyakanlah pada Pak Zen yang saat ini fokus pada tulisan-tulisannya menyangkut dirimu dan Mpu Gandring seperti yang ini...hehehehe dan juga mas Riza yang ternyata sudah tertarik pada kisah kita sejak lama. Mereka penulis-penulis hebat loh kang di Kompasiana. Aku senang, sekarang banyak yang tertarik dengan cerita sejarah seperti cerita kita, mungkin karena negara baru yang namanya Indonesia ini sedang mengalami kutukan turunan kita itu kang mas. Selamat malam sayangku, kang mas Ken Arok. Untukmu, engkau tetap yang kusayang. [caption id="attachment_123893" align="aligncenter" width="257" caption="kisah kita yg tiada duanya"][/caption] **makasih untuk mbah google dan mas Wawan Susetya utk gambar2 indah yg bisa dipinjem ini ;)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun