Mohon tunggu...
Maulida Husnia Z.
Maulida Husnia Z. Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswi

Belajar menulis kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Haruskah Orang Tua Mengabaikan Emosi dan Temperamen Anak?

13 September 2018   15:00 Diperbarui: 13 September 2018   15:10 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(independent.co.uk)

Emosi, pada dasarnya merupakan bagian dari aspek afektif anak yang memiliki pengaruh besar terhadap kepribadian atau perilaku. Kemunculan emosi pada anak sangatlah beragam dan banyak macamnya. "Letupan" emosi yang bersifat sangat umum dan sering kita jumpai diantaranya yakni: marah, sedih, kecewa, dan malu.

Perkembangan emosi pada anak, memungkinkan mereka untuk mencoba memahami reaksi emosional dari orang lain untuk belajar mengendalikan emosi dan temperamen mereka sendiri. Selain itu, temperamen juga dapat mempengaruhi perilaku anak sekaligus menstimulusnya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Karena layaknya orang dewasa, anak juga pasti mengalami berbagai macam emosi setiap harinya.

Seiring dengan berkembangnya emosi dan temperamen anak mulai dari masa kanak-kanak awal hingga akhir, ada poin-poin tertentu yang harus diperhatikan, diantaranya adalah peran serta orang tua. Di sini, orang tua memainkan peran yang sangat penting dalam membantu anak dalam mengelola emosi dan temperamen mereka.

Kontrol emosi pada diri anak, pada dasarnya bergantung pada bagaimana orang tua berbicara mengenai emosi. Dalam buku karya John W. Santrock berjudul Masa PerkembanganAnak (2010), disebutkan bahwa orang tua dapat memilih untuk mengambil dua tindakan terkait menghadapi emosi anak.

Orang tua dapat mengambil pendekatan melatih emosi, atau bisa juga mengambil pendekatan dengan mengabaikan emosi (Gottman, 2009). Perbedaan diantara keduanya sangat jelas terlihat dari cara orang tua mengatasi emosi negatif dari sang anak. Seperti halnya kesedihan, frustasi, kecewa, dan lain sebagainya.

Orang tua yang mengambil pendekatan dengan melatih emosi (emotion-coaching parents), akan memantau emosi anak-anak mereka. Timbulnya emosi negatif dari anak, tidak menghalangi orang tua tersebut dalam mengatasinya. Justru kesempatan itu digunakan oleh mereka untuk mengajar, membantu, dan melabeli anak, sehingga anak dapat terlatih untuk menangani emosi secara efektif.

Di sisi lain, orang tua yang memilih untuk mengabaikan emosi (emotion-dissmissing parents) akan terlihat dari perilaku mereka mereka dalam menolak, mengabaikan, atau mengubah emosi negatif.

Orang tua yang melatih emosi dengan lebih sering berinteraksi tanpa penolakan, cenderung menciptakan pribadi yang lebih perhatian dibandingkan dengan orang tua yang mengabaikan emosi. Ini dikarenakan, mereka menggunakan lebih banyak sistem dukungan dan pujian dalam setiap kontrol emosi anak. 

Selain itu, orang tua yang melatih emosi lebih baik dalam hal menenangkan diri sendiri ketika sedang marah, sehingga dalam setiap pengaturan emosi negatif, mereka dapat mengatasinya dengan efektif. Mereka juga lebih baik dalam memfokuskan perhatian anak dan memiliki anak dengan lebih sedikit masalah perilaku dibandingkan anak-anak dari orang tua yang mengabaikan emosi. 

Dengan kata lain, orang tua yang mengabaikan emosi  cenderung menghasilkan anak-anak dengan kontrol emosi yang buruk. Karena dari awal, anak-anak tersebut sudah terbiasa dengan berbagai penolakan dan pengabaian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun