Mohon tunggu...
KELOMPOK 31UIN
KELOMPOK 31UIN Mohon Tunggu... KELOMPOK 31 UIN SALATIGA

Mahasiswa UIN Salatiga yang melaksanakan Praktikum Pengembangan Masyarakat di Dusun kaligintung Desa Duren Kecamatan Sumowono.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pesona Tersembunyi Dusun Kaligintung : Permata Alam di Desa Duren Kecamatan Sumowono

16 Agustus 2025   12:31 Diperbarui: 16 Agustus 2025   12:31 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Mahasiswa KKN Kelompok 31 UIN Salatiga

Ketika mendengar nama Dusun Kaligintung, mungkin belum banyak orang yang langsung mengenalnya. Letaknya berada di Desa Duren, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang, sebuah kawasan pegunungan yang sejak lama dikenal dengan hawa sejuk dan pemandangan hijau. Namun, bagi kami, mahasiswa KKN Kelompok 31 UIN Salatiga, Kaligintung bukan sekadar dusun biasa. Ia adalah ruang belajar, rumah kedua, sekaligus tempat menemukan kembali arti kebersahajaan.

Hari-hari pertama kami di Kaligintung penuh dengan kejutan indah. Pagi hari di sini terasa berbeda. Kabut tipis turun menutupi hamparan kebun kopi dan teh, udara segar memenuhi paru-paru, dan suara burung berkicau menjadi latar alami yang menenangkan. Menjelang sore, suasana kembali mempesona. Cahaya jingga matahari perlahan tenggelam di balik bukit, menciptakan siluet pohon dan perkampungan warga. Panorama ini membuat siapa pun yang melihatnya seakan tak ingin berkedip. Sungguh, seakan alam sedang mengajarkan cara untuk berhenti sejenak dan bersyukur.

Keindahan Kaligintung tidak hanya berasal dari alamnya, melainkan juga dari warganya. Saat kami datang sambutan hangat datang dari seluruh warga Kaligintung. Mereka sangat senang dengan kedatangan kami Mahasiswa KKN Kelompok 31 UIN Salatiga, setelah sekian lama tidak ada Mahasiswa KKN yg di tugaskan di Dusun ini. Kami pun berkesempatan tinggal di salah satu rumah warga. Rumah itu milik seorang perantau asal Kaligintung yang kini bekerja di Semarang. Meski pemilik rumah sedang tidak tinggal di dusun, warga setempat dengan ramah mempersilakan kami menggunakannya sebagai tempat tinggal selama KKN. Dari situlah kami merasakan betul bagaimana Kaligintung menjadi rumah yang penuh makna.

Dalam sebuah percakapan santai, salah satu tokoh masyarakat Kaligintung bercerita tentang asal-usul dusun ini.

"Dulu, warga Kaligintung sebenarnya bermukim di Desa Duren. Tapi karena daerah itu sering terkena longsor, warga sepakat pindah ke tempat ini. Kaligintung dianggap lebih aman. Sekarang sudah ada sekitar 40 rumah dengan 45 kepala keluarga yang tinggal di sini," ungkap Pak Judi.

Cerita itu membuka mata kami bahwa keberadaan sebuah dusun bukan hanya soal pemandangan, melainkan juga perjuangan warga untuk mencari tempat tinggal yang lebih aman dan layak. Kini, Kaligintung tumbuh menjadi dusun kecil yang harmonis dengan alam dan kaya nilai kebersamaan.

Mayoritas warga Kaligintung menggantungkan hidup sebagai petani kopi dan gula nira. Setiap musim panen, kopi dipetik dengan hati-hati, lalu dijemur di halaman rumah sebelum dijual atau diolah. Kopi Kaligintung memiliki cita rasa khas pegunungan: lembut, sedikit asam, namun beraroma kuat. Potensi ini sebenarnya bisa dikembangkan lebih jauh sebagai produk unggulan dusun.
Selain kopi, gula nira juga menjadi sumber penghasilan penting. Warga memanjat pohon aren di pagi hari untuk mengambil air nira, kemudian mengolahnya menjadi gula merah yang manis dan alami. Prosesnya membutuhkan kesabaran dan keterampilan, mulai dari menyadap nira, memasaknya dengan api kayu, hingga mencetaknya dalam batok atau cetakan bambu. Gula nira Kaligintung terkenal berkualitas, menjadi bahan utama dalam berbagai kuliner tradisional Jawa.

Kombinasi antara keindahan kebun teh, keharuman kopi, dan manisnya gula nira menjadikan Kaligintung memiliki potensi besar untuk dikembangkan, baik sebagai pusat agrowisata maupun sebagai sentra produk lokal. Wisatawan tidak hanya bisa menikmati panorama alam, tetapi juga ikut merasakan pengalaman memetik kopi, melihat proses pembuatan gula nira, hingga mencicipi hasilnya secara langsung.
Seorang warga bercerita kepada kami:
"Sehari-hari kami bekerja di kebun kopi dan membuat gula nira. Inilah yang menjadi sumber penghidupan utama warga Kaligintung. Kalau ada wisata yang bisa mengenalkan kopi dan gula nira kami ke luar, tentu akan sangat membantu ekonomi warga," tuturnya penuh harap.
Potensi inilah yang membuat Dusun Kaligintung bukan sekadar tempat singgah, tetapi juga tempat belajar tentang kearifan lokal: bagaimana manusia hidup berdampingan dengan alam, menjaga kesuburan tanah, sekaligus memanfaatkannya dengan bijak untuk keberlangsungan hidup

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun