Di era globalisasi yang serba instan ini memudahkan kita untuk beradaptasi dengan bahaasa-bahasa asing yang ada, tak terkecuali bahasa inggris. Namun siapa sangka bahasa inggris bisa mempunyai peran yang sangat besar akan dampaknya pada suatu hal. Contohnya dalam harga makanan.Â
Dulu, jika kita makan di warung makan atau sekedar nongkrong di warkop kita selalu menemukan daftar menu makanan dengan tawaran makanan-makanan serta minuman-minuman dengan berbahasa indonesia dan dibanderol harga yang masih bisa kita jangkau. Namun apa jadinya jika makanan-makanan sudah masuk ke restoran-restoran atau cafe-cafe dari cafe yang biasa hingga cafe yang sangat high class?Â
Contohnya adalah jika di warung-warung makan biasa kita temui menu es teh, gado-gado, nasi goreng, sop bakso, es coklat. Namun jika makanan-makanan tersebut sudah masuk ke restoran atau cafe tentu saja sudah berganti nama menjadi iced tea, javanese salad with peanut sauce, fried rice, steambot, serta ice chocolate blended.Â
Tentu hal ini tak berpengaruh di bahasa saja, melainkann  harganya sudah bisa kita tebak akan lebih mahal jika dibandingkan makanan dengan berbahasa indonesia.Â
Es teh yang biasa kita jumpai dengan harga 3000 rupiah hingga 5000 rupiah saja, namun jika sudah berganti nama menjadi bahasa inggris akan berubah menjadi harga diatas 10000 rupiah, tergantung seberapa high classnya restoran tersebut.Â
Setiap saya pergi untuk makan di warkop atau warteg, minuman yang hampir selalu dipesan adalah es teh manis. Selain murah, rasanya es teh manis ini selalu cocok dipasangkan dengan makanan apa saja. Nggak eneg dan nggak bikin kembung. hehe. Apalagi disantap selagi cuaca panas, kenikmatan secara otomatis bertambah---dahaga hilang seketika.
Saat saya memiliki uang lebih, boleh lah sesekali ganti suasana tempat makan---bukan lagi di warkop---di cafe atau restoran ternama dan sudah direkomendasi oleh beberapa teman, misalnya. Namun, pemikiran bahwa saya harus berhemat dan menabung memberontak tatkala melihat harga menu yang bagi saya cukup mahal meski dengan menu yang biasa; seperti mie goreng, nasi goreng, es teh manis, sekalipun air mineral.Â
Saya sempat bingung, kok ya bisa tergolong mahal padahal menunya sama kayak makanan biasa pada umumnya---selain memang cafe dan restorannya ternama. Akhirnya saya menyadari sesuatu bahwa, setiap penulisan menu dengan Bahasa Inggris entah kenapa harganya lebih mahal dibanding ditulis dengan Bahasa Indonesia.Â
Disinilah saya menyadari hanya dengan perbedaan bahasa tetapi bisa memiliki dampak yang besar pada harga makanan.
Berdasarkan pada hal tersebut, jangan-jangan zaman sekarang harga serba mahal karena kebanyakan menggunakan Bahasa Inggris---eh?
The big question is "why" ? Kenapa hal ini bisa terjadi?