Mohon tunggu...
Joko Lodang
Joko Lodang Mohon Tunggu... -

Akun ini dikelola oleh kuartet Sarjono, Eko, Marcello, dan Endang (disingkat JOKO LODANG). Kami berempat menolak hegemoni oleh siapapun dan dari apapun.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jalan Pikiran Sri Sultan HB X

5 Oktober 2011   11:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:18 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tulisan ini adalah hasil renungan imajiner saya jika saya memposisikan diri sebagai Sultan HB X saat ini yang sedang menghadapi situasi pelik soal RUUK Keistimewaan DIY yang tak kunjung jelas. Berikut renungan imajiner tersebut:

"Aku sudah bertahta selama 22 tahun sejak Maret 1989. Tapi rupanya adanya polemik RUUK DIY setahun terakhir ini membuatku harus bersilat melawan Jakarta, tapi harus tetap anggun dilihat oleh rakyatku bahwa aku sedang tidak bersilat. Yang jelas, targetku adalah bahwa tahta selama 22 tahun ini harus tetap aku pegang. Kalau sampai lepas, itu jelas ancaman bagiku dan keluargaku karena tahta yang dimiliki oleh orang lain itu pasti akan dipakai untuk mempreteli kekuasaanku. Sia-sialah 22 tahun selama ini.

Tetapi sebagai orang Jawa, tentu aku tidak mungkin vulgar mengatakan bahwa aku harus tetap bertahta. Perlu cara penyampaian yang halus sehingga memang aku diinginkan oleh rakyat Jogjakarta. Isu penetapan aku sebagai gubernur DIY harus terus dipompakan ke seluruh warga Jogja, apapun caranya, "sing penting ra ngetok-etoki yen aku dhewe sing duwe karep".

"Bupati, walikota Jogja kudu manut karo aku soal penetapan iki". Dari situ, pengusaha-pengusaha yang akan berbisnis di Jogja, di 5 kabupaten/kota bisa aku suruh untuk nyumbang untuk buat bendera, spanduk, baliho pro-penetapan yang biar nanti dilakukan oleh kelompok-kelompok pro-penetapan. Tapi, gimana caranya ya supaya peranku tetap sebagai "orang baik" menurut kaca mata orang Jawa? Kalau terlalu "nggege mongso" untuk gubernur, dan rakyat tahu, nanti jadinya "ora ilok".

"Mungkin memang harus berbagi peran. Biarlah adikku, Pabukusumo, Joyokusumo atau anakku, Pembayun, atau juga kalau perlu istriku (Hemas), yang akan berkampanye tentang pro-penetapan ini. Tapi itu pun harus aku wanti-wanti supaya pakai tangan orang lain. Sekali lagi, "ora ilok" kalau dicermati warga. "Mosok sing kampanye pro-penetapan kene dhewe, kan lucu".

"Aku harus menyelesaikan masalah domestik Jogja ini. Sementara ini warga Jogja kayaknya cukup bisa dikendalikan dengan isu pro-penetapan ini. Belum ada yang berani menyatakan selain suara pro-penetapan. Kalau pun berani paling-paling juga akan diam lagi karena pasti akan diincer oleh satgas penetapan atau kelompok-kelompok protap lainnya.

Sekarang aku harus fokus yang di Jakarta. Aku memang sudah diperpanjang setahun sebagai gubernur oleh SBY. Inilah masa RUUK DIY harus diselesaikan selama setahun ini. Aku sebenarnya malu mau menerima perpanjangan ini karena banyak warga dan termasuk penasehatku sendiri menyatakan supaya tolak saja perpanjangan dari pusat ini. Tapi, mereka kan tidak tahu. Kalau sekali aku melepas jabatan gubernur ini, ancaman pergantian tahta bisa jadi kenyataan. Jadi, aku harus tetap menerima perpanjangan gubernur ini dari pusat.

Terus terang, yang paling aku khawatirkan memang kalau mayoritas fraksi di DPR RI itu mendukung pemilihan dalam RUUK DIY. Aku sebenarnya juga tidak bisa terlalu berharap banyak dengan gerakan-gerakan pro-penetapan ini. Berat di ongkos juga lama-lama. "Jer basuki mawa bea" tenan iki. Ini yang sedang aku pikirkan secara keras. Paling tidak sampai dengan tahun 2014, jabatan gubernur ini harus selamat lah. Kesempatan untuk maju jadi presiden supaya tetap terjaga dengan baik.

Tapi di atas segalanya, aku sebenarnya ragu-ragu juga apa betul wong Jogja ini pada pro-penetapan ya? Selama ini yang muncul kan cuma hasil mobilisasi massa oleh teman-teman gerakan pro-penetapan itu. Kok rasanya itu tidak bisa jadi ukuran. Referendum jangan-jangan malah jadi bumerang buatku. Ini yang harus aku temukan jawabannya juga.

Ya sudahlah. Untuk sementara ini, kalau ditanya wartawan soal sikapku tentang penetapan, lebih baik akan aku jawab "Saya serahkan semuanya kepada rakyat". Kalau wartawan mengejar soal perpanjangan ini, maka lebih aman aku jawab,"Itu haknya presiden dan saya tidak bisa ikut campur. Lebih baik pemerintah pusat konsentrasi membahas RUUK DIY, bukan soal perpanjangannya". Pokoknya aku harus tampak tidak ambisius. Ini penting soalnya cara Jawa cocok dengan gaya Jogja. Semoga semuanya berjalan sesuai rencanaku"

Sekian hasil renungan imajiner ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun