Ketika kapal penyeberangan yang kami tumpangi terhantam ombak di tengah laut antara Bakauheni-Merak. Tampak sebagian penumpang ketakutan.
Si dede yang baru umur 7 tahun berdoa sampai keluar keringat dingin. Keponakan yang sudah umur 18 tahunan pun kelihatan pucat mukanya.
Padahal anak ini bandelnya minta ampun. Beraninya juga minta ampun. Boleh dibilang preman dan setan ia tidak takut. Tapi anehnya, saat kapal bergoyang dihantam gelombang. Ia bisa ketakutan sampai ampun-ampun. Karena takut kapalnya tenggelam dan mati.
Ternyata kematian itu menakutkan dan banyak yang tidak menghendaki kedatangannya. Kalau malaikat penjemput ajal bisa disuap. Saya yakin banyak manusia akan melakukannya.
Satu hal yang tidak dapat ditolak dalam hidup ini adalah kematian. Cepat atau lambat setiap yang terlahir akan mengalami kematian. Ini adalah pasti.
Kematian bukan hanya milik orang tua saja. Karena siapa saja bisa mengalami setiap waktu.
Terlepas suka atau tidak. Rela atau tidak. Kematian suatu saat pasti akan menjemput kita.
Bicara kematian. Apakah itu Menakutkan atau menyenangkan? Semua kembali kepada kesadaran atau tingkat kerohanian seseorang.
Lalu mengapa kematian Itu bisa menakutkan dan tidak?
Menakutkan karena kita masih terikat kepada apa yang kita miliki. Kita masih melekat kepada keduniawian, sehingga tidak rela melepaskannya.
Kemelekatan inilah yang menjadi penyebab kematian itu menyakitkan. Bagaikan kulit yang akan terpisah dari dagingnya.