Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengapa Kematian Itu Menakutkan?

28 Januari 2012   10:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:21 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ketika kapal penyeberangan yang kami tumpangi terhantam ombak di tengah laut antara Bakauheni-Merak. Tampak sebagian penumpang ketakutan.

Si dede yang baru umur 7 tahun berdoa sampai keluar keringat dingin. Keponakan yang sudah umur 18 tahunan pun kelihatan pucat mukanya.

Padahal anak ini bandelnya minta ampun. Beraninya juga minta ampun. Boleh dibilang preman dan setan ia tidak takut. Tapi anehnya, saat kapal bergoyang dihantam gelombang. Ia bisa ketakutan sampai ampun-ampun. Karena takut kapalnya tenggelam dan mati.

Ternyata kematian itu menakutkan dan banyak yang tidak menghendaki kedatangannya. Kalau malaikat penjemput ajal bisa disuap. Saya yakin banyak manusia akan melakukannya.

Satu hal yang tidak dapat ditolak dalam hidup ini adalah kematian. Cepat atau lambat setiap yang terlahir akan mengalami kematian. Ini adalah pasti.

Kematian bukan hanya milik orang tua saja. Karena siapa saja bisa mengalami setiap waktu.

Terlepas suka atau tidak. Rela atau tidak. Kematian suatu saat pasti akan menjemput kita.

Bicara kematian. Apakah itu Menakutkan atau menyenangkan? Semua kembali kepada kesadaran atau tingkat kerohanian seseorang.

Lalu mengapa kematian Itu bisa menakutkan dan tidak?

Menakutkan karena kita masih terikat kepada apa yang kita miliki. Kita masih melekat kepada keduniawian, sehingga tidak rela melepaskannya.

Kemelekatan inilah yang menjadi penyebab kematian itu menyakitkan. Bagaikan kulit yang akan terpisah dari dagingnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun