Berkeliling di daerah Jakarta pada hari Jum'at kita pasti akan menemukan acara Jum'atan yang menggunakan fasilitas dari jalan biasa sampai jalan raya. Bahkan untuk daerah Jakarta Selatan yang termasuk daerah elit, acara Jum'atan menggunakan fasilitas jalan raya bisa kita temui.
Adakah yang salah, bila jalan raya digunakan untuk ibadah?
Menurut saya, hanya kurang etis saja, kalau untuk kegiatan yang bersifat pribadi harus menggunakan fasilitas umum dan mengganggu ketertiban.
Apalagi sebuah kegiatan agama sampai harus mengorbankan kepentingan orang lain, tentu saja tidak baik.
Setiap Jum'atan jalan harus ditutup, sehingga menimbulkan kemacetan, bukankah ini petanda ada yang terganggu?
Jum'atan sampai menggunakan fasilitas jalan raya adalah petanda bahwa fasilitas Masjid sudah tidak memadai untuk digunakan.
Masalahnya adalah apakah tidak bisa atau tidak ada niat untuk membangun tempat ibadah yang memadai untuk digunakan umat?
Lalu, apakah sebagai agama mayoritas boleh berlaku arogan, sehingga menggunakan fasilitas umum semaunya?
Apa yang terjadi bila ada agama lain setiap minggu menggunakan fasilitas jalan untuk kegiatannya?
Seringkali kegiatan yang diadakan dalam rumah saja dianggap mengganggu, sehingga perlu ditertibkan oleh ormas agama.
Aneh dan lucu, bukan?
Apakah saya menulis ini untuk menyerang agama Islam?
Tentu saja tidak! Tapi mengkritisi fenomena yang sudah terjadi begitu lama ini.
Terus terang, saya tidak tega, melihat sebuah agama yang begitu agung dan mengajarkan keluhuran budi, tapi tidak disikapi umatnya dengan elegan menunjukkan perilaku itu kepada umum atau umat lain.
Secara tidak langsung, kebiasaan yang sudah berlangsung lama ini merugikan Islam sendiri. Tapi mengapa terus dibiarkan?
Tentu sangat disayangkan bila demi untuk beribadah harus menggunakan fasilitas umum sebagai hal yang wajar.
Mungkin dengan berasumsi bahwa di negara lain yang agamanya mayoritas akan melakukan hal yang sama.