Pernah menjadi penadah pengaduan dari seorang  teman yang sedang berselisih atau ribut dengan temannya?
Apakah kita lantas percaya begitu saja kebenaran versinya?
Apakah kita menjadi penengah atau malah memilih menjadi pahlawan baginya?Â
Semua kembali kepada karakter kita seorang penengah atau pembela atas rasa suka.Â
Apabila menjadi penengah, maka kita akan dengan bijak mendengar kebenaran dari kedua belah pihak. Tidak membela salah satunya terlepas siapa yang salah dan benar.Â
Namanya penengah tentu akan berusaha mendamaikan. Bila tidak mampu, cukup mendengarkan saja. Tetap berteman dengan keduanya  dan membiarkan mereka hidup dengan masalah masing-masing.Â
Sebagai penengah kita akan belajar lebih banyak dan tidak menciptakan permusuhan. Tanpa perlu ikut campur.  Karena masalah kita  sendiri juga sudah banyak. Lebih baik menjadi pendengar yang baik saja.Â
Realitasnya, tidak sedikit pula di antara kita yang genit untuk menjadi pahlawan, apabila yang mengadu itu teman yang lebih kita sukai. Apalagi yang menjadi bahan aduan itu orang yang tidak kita sukai.Â
Klop. Ibarat golok menemukan sarungnya. Ibarat pula  api bertemu minyak.  Pangeran bertemu putri. Ibarat ... Cukup.Â
Kita tidak menyadari dengan memilih kondisi seperti ini karena akan semakin menambah masalah hidup kita. Tidak ada enaknya terlibat konflik orang lain.Â
Yang ada bahaya. Kita terjebak oleh permusuhan yang semestinya kita tidak ambil bagian.