Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kotoran di Pojokan

23 Februari 2019   11:27 Diperbarui: 23 Februari 2019   11:54 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Canva, Kata-kata : katedrarajawen

Coba sesekali atau sering-sering kita  amati kondisi rumah, perkantoran, rumah sakit atau tempat ibadah. Perhatikan bagian pojokan lantai, di sela-sela atau di langit-langit. Apa yang terlihat? 

Seringkali masih tertinggal kotoran, debu-debu atau sarang laba-laba. Padahal kondisinya tiap hari selalu dibersihkan. Orang yang membersihkan pasti yakin bahwa semua sudah dalam kondisi baik. 

Apabila tidak, resikonya akan mendapat teguran. Bisa juga tahu masih ada yang belum bersih, namun tutup mata dan mengabaikan sebagai cara untuk memaklumi.

Sama halnya dengan kondisi hati atau batin kita. Bisa saja setiap hari kita beribadah atau melakukan ritual agama, merenung, berintrospeksi diri, dan melakukan pertobatan.

Bisa jadi kita berpikir sudah melakukan semua itu dan sudah merasa menjadi umat yang taat, baik dan benar.

Apakah sudah benar demikian? Bisa saja  bahwa di sela-sela atau pojokan hati kita masih terselip kotoran yang masih tersimpan rapi. Namun tak kita sadari sebagai kotoran batin.

Kotoran benci, menghakimi, merasa orang yang paling baik atau kesombongan, tidak peduli, menganggap orang lain rendah dll.

Mungkin kita tahu kondisi itu, namun dengan sangat cepat kita mengabaikan dan menutupi dengan segala pembenaran.

Itu sebabnya dikatakan bahwa orang yang bijak tak akan pernah merasa dirinya sudah baik. Ia akan selalu  merasa dirinya masih ada kesalahan dan akan terus waspada dan memerbaikinya. 

@refleksihatimenerangidiri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun