Tidak peduli perlakuan apa yang diterima. Dipotong, Â dikupas, digigit atau diperas, tetap akan memberikan rasa manis pada siapa juga. Itulah tebu namanya. Ada pembelajaran hidup yang berharga.
Melalui setiap ciptaan-Nya, Sang Pencipta berbicara, sejatinya manusia yang dikaruniai akal budi dapat memahami semua yang ada. Mengambil pembelajaran tentang kebajikan dalam setiap hal dan perkara.
Membalas kebaikan dengan kebaikan tentu adalah hal yang sangat  biasa. Apalagi membalas perlakuan buruk dengan perlakuan buruk siapa pun bisa. Tetapi membalas kesalahan dan sikap tidak baik orang lain dengan tetap bersikap baik pastilah luar biasa.
Bukankah sikap ini yang seharusnya? Apalagi bagi bagi umat yang beragama. Bukankah semua agama mengajarkan hal yang sama? Membalas kesalahan dengan kebenaran, kejahatan dengan kebaikan dan tentu ini adalah kehendak-Nya.
Dalam kehidupan nyata, dari tebulah manusia dapat mengambil pembelajaran yang ada. Bukan hanya menikmati manisnya sari tebu, lalu ampasnya buang begitu saja. Namun belajar baik dan bersikap manis walau mendapat perlakuan yang tidak semestinya.
Yang pasti seperti tebu yang sejatinya memiliki rasa manis dan bersedia memberikannya kepada siapa saja. Begitu pula dengan diri ini memiliki benih kebaikan dari semula, semestinya dapat menjadi demikian adanya. Sungguh hal yang sederhana.