Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tebu

9 Agustus 2018   15:20 Diperbarui: 9 Agustus 2018   15:43 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tidak peduli perlakuan apa yang diterima. Dipotong,  dikupas, digigit atau diperas, tetap akan memberikan rasa manis pada siapa juga. Itulah tebu namanya. Ada pembelajaran hidup yang berharga.

Melalui setiap ciptaan-Nya, Sang Pencipta berbicara, sejatinya manusia yang dikaruniai akal budi dapat memahami semua yang ada. Mengambil pembelajaran tentang kebajikan dalam setiap hal dan perkara.

Membalas kebaikan dengan kebaikan tentu adalah hal yang sangat  biasa. Apalagi membalas perlakuan buruk dengan perlakuan buruk siapa pun bisa. Tetapi membalas kesalahan dan sikap tidak baik orang lain dengan tetap bersikap baik pastilah luar biasa.

Bukankah sikap ini yang seharusnya? Apalagi bagi bagi umat yang beragama. Bukankah semua agama mengajarkan hal yang sama? Membalas kesalahan dengan kebenaran, kejahatan dengan kebaikan dan tentu ini adalah kehendak-Nya.

Dalam kehidupan nyata, dari tebulah manusia dapat mengambil pembelajaran yang ada. Bukan hanya menikmati manisnya sari tebu, lalu ampasnya buang begitu saja. Namun belajar baik dan bersikap manis walau mendapat perlakuan yang tidak semestinya.

Yang pasti seperti tebu yang sejatinya memiliki rasa manis dan bersedia memberikannya kepada siapa saja. Begitu pula dengan diri ini memiliki benih kebaikan dari semula, semestinya dapat menjadi demikian adanya. Sungguh hal yang sederhana.

||Refleksiuntukmenerangidiri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun