Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjadi Budak Keinginan atau Tuan Keinginan?

25 April 2018   22:08 Diperbarui: 25 April 2018   22:26 712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hidup sebagai manusia pasti memiliki banyak keinginan. Adanya keinginan-keinginan itu yang membuat kehidupan bergairah untuk mencapai semua keinginan demi kepuasan. Ketika tercapai, maka akan menganggap sebagai kesuksesan dan mendatangkan kebahagiaan.

Demikian yang terpikirkan bila keinginan tercapai itulah namanya sebuah keberhasilan. Apakah tercapainya semua keinginan itu menjadi standar kesuksesan? Begitulah dunia memaknai. Bilakah manusia benar-benar merasa puas dalam hidup ini?

Sesungguhnya selama benih-benih keinginan masih selalu ada, maka tidak ada namanya merasa puas hidup di dunia. Kebenarannya bila manusia tahu batas dan arti puas sesungguhnya, maka akan menemukan kebahagiaan sejatinya.

Tanpa menyadari, bahwa hidup dengan sibuk dan memenuhi diri dengan segala keinginan akan menjadi sumber penderitaan yang tiada habis. Sebab memupuk keinginan yang tiada habisnya akan menjerat hidup manusia dalam rasa ketidakpuasan terus-menerus.

Manusia yang mengandalkan logika dan kepintaran sulit untuk menerima kebenaran, bahwa ketika mau berhenti memupuk keinginan dan tidak dalam kendali nafsu keinginan, maka akan lahir kebahagiaan.

Dikendalikan oleh keinginan dan mengendalikan keinginan tentu adalah hal yang berbeda. Ketika dikendalikan keinginan, maka manusia menjadi budaknya. Tetapi ketika manusia mengendalikan keinginan, makanya ia adalah tuan atas keinginan.

Menjadi budak dan tuan jelas berbeda. Budak adalah simbol dari keterkekangan dan penderitaan. Tuan adalah simbol kebebasan dan kebahagiaan.

||Refleksihatiuntukmenerangidiri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun