Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Suka yang Pendek

27 Desember 2017   22:31 Diperbarui: 27 Desember 2017   22:55 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Mengapa Suka yang Pendek? 14:55:10 | 27 Desember 2017

Apakah yang panjang lebih bagus, lebih menarik dan bermutu daripada yang pendek?

Dalam hal tulisan tentu tidak bisa menjadikan sebagai patokan. Hai ini bersifat relatif. Semua sudah tahu. Panjang atau pendek tergantung jenis tulisan,  selera dan kebutuhan.

Kebetulan saya termasuk tipe yang suka dengan tulisan yang tidak terlalu panjang. Dahulu suka baca buku, cuma jarang sampai selesai. Paling pilih baca poin-poin pentingnya. Tak heran ilmunya cuma setengah-tengah.

Sekali lagi bukan masalah mana yang lebih bagus. Tetapi adalah kembali kepada kebutuhan dan apa yang hendak disampaikan dalam tulisan mencapai tujuannya. Tak lupa kondisi di mana tulisan disajikan.

Saya pikir dalam hal menulis pun perlu mengikuti perkembangan zaman. Kita tahu sekarang zaman apa? Zaman kemajuan teknologi. Dimana kita lebih sering memuat tulisan di dunia maya atau media sosial.

Sekarang kita juga tahu adalah zaman dimana manusia begitu cepat bergerak dengan segala kesibukan. Baik dunia nyata maupun di dunia maya. Seakan-akan waktu terasa begitu sempit.

Bayangkan. Adakah yang masih mau berlama-lama menatapi sebuah tulisan di layar komputer, laptop atau telepon pintar, sementara masih banyak hal yang harus dilakukan? Tentu saja ada. Tetapi...? Bagaimana dengan pengalaman sendiri?

Menelaah kondisi yang ada saat ini dan media untuk membaca sebuah tulisan. Saya membayangkan, sebuah tulisan yang enak dibaca itu seperti makanan ringan yang sekali kunyah bisa merasakan kenikmatan dan kelezatannya. Tidak sampai harus berlama-lama mengunyah baru bisa ditelan.

Selanjutnya saya juga mencoba membayangkan lebih dalam lagi. Tulisan yang pendek itu seperti seseorang  berpenampilan seksi. Enak dilihat dan menggoda, bukan?

Untuk semakin menambah seksi tulisan yang berkisar antara 400 sampai 600- an  kata, jumlah baris dalam satu  paragraf juga jangan terlalu banyak. Sebab bisa menggangu kenyamanan dalam proses membaca. Antara 3 sampai 5 baris rasanya sudah nyaman. Pernah juga menemukan sebuah web yang tulisannya salam satu paragraf rata-rata hanya dua baris. Memang terasa lebih enak dan nyaman ketika membacanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun