Apa yang kita rasakan di tahun 2020 yang akan pergi sebentar lagi? Apakah kita merasakan tawa, kepedihan, bosan dalam kurungan, tekanan, perasaan ketidakadilan, kebencian, amarah atau harapan akan keajaiban?
Ketika kita ingin merasakan semua hal itu dalam sebuah film maka saya sarankan untuk menonton film Miracle in Cell No7. Film ini akan menyajikan banyak rasa dan asa dalam diri kita yang menontonnya. Film ini adalah film paling nano-nano yang akan pernah dirasakan oleh yang menonton. Kita akan merasakan berbagai rasa bercampur aduk dalam satu kenikmatan yang bagaikan  diberikan roller-coaster. Kita akan diangkat oleh harapan tinggi, diberikan ketegangan penantian hasil dan lalu dibanting oleh kekecewaan dan kesedihan kegagalan. Setelah itu akan  diberikan harapan yang indah lagi yang lalu terlihat akan membuat kita senyum bahagia yang dekat sudah hampir tercapai lalu terbanting oleh hal sepele berupa masalah kecil tak terduga.
Satu film yang seperti terbagi menjadi beberapa segmen di mana para penonton akan mendapat beberapa klimaks. Cerita tentang seorang manusia yang bagi kita adalah mereka yang terlalu sederhana namun pada cerita ini merupakan suatu keajaiban dalam kesederhanaannya.
Saya tidak akan memberikan Anda sinopsis ataupun cerita tentang film ini. Karena cerita atau sinopsis itu tidak akan mampu memberikan  gambaran bahkan sebagian kecil kenikmatan atas berbagai aduk rasa yang akan diperoleh dari menonton film ini. Bagi mereka yang telah terlalu bosan melihat Home Alone pada akhir tahun ini, maka mari melihat bagaimana suatu kesederhanaan pikiran seseorang mampu memberikan keajaiban. Satu yang pasti, sediakan tisu sebelum menonton karena bahkan ketika menyebut judulnya saja saya sudah merasakan ingin menangis walau sekaligus tersenyum.