Mohon tunggu...
Kartika Wulansari
Kartika Wulansari Mohon Tunggu... Desainer - Disainer

Suka pada cita rasa berkelas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apakah WNI Eks ISIS di Syria Terjebak?

10 Februari 2020   06:40 Diperbarui: 10 Februari 2020   07:36 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto via voanews.com

Beberapa kali kita mendengar soal warga negara Indonesia yang berangkat ke Suriah dan bergabung dengan Istamic State (IS). Mereka rela mininggalkan semuanya di Indonesia termasuk karir, rumah dan semua kenangannya untuk bergabung mewujudkan negara Islam di Suriah dan Iran.

Mereka meninggalkan Indonesia dengan menjual harta benda dan semua yang mereka miliki. Mereka umumnya juga sudah mengucapkan selamat tinggal bagi anggota keluarga mereka. Bahkan mungkin tidak mengucapkan selamat tinggal karena mereka sudah memutuskan tali persaudaraan antar mereka.

Mereka berkeyakinan bahwa tenaga mereka dibutuhkan oleh ISIS sebagai tentara dan para perempuan sebagai tim supporting. Keberangkatan mereka juga sebagian besar karena alasan ada jaminan secara ekonomi di sana. Mereka akan digaji secara rutin sebagai tentara dan dijamin tempat tinggal dan semua kebutuhan mereka.

Hal terpenting dari semua alasan mereka meninggalkan Indonesia adalah ideology khilafah yang mereka usung. Negara yang mereka kayakini akan sangat mirip saat nabi Muhammad hidup. Kehidupan berlandaskan agama Islam yang mereka yakini merupakan  bentuk ideal pada masa itu dan masa kini, tanpa menyadari perkembangan dunia dan kemajuan yang menyertainya.

Kayakinan bahwa bentuk negara itulah bentuk negara ideal bagi dunia itulah yang sulit diubah, sehingga tak segan mereka berperang dan kemudian mengimpikan negara Islam itu di wilayah Suriah dan di Iraq. Ideologi inilah yang menjadi kekuatan dan energy bagi mereka untukmeninggalkan segalanya di Indonesia.

Sebagian besar dari mereka membawa anak dan istri bahkan keluarga besar mereka. Istri anak dan keluarga besar ini yang paling menderita karena kadang mereka terbunuh karena peluru nyasar, atau terpaksa menjadi budak yang tidak dibayar, diperkosa oleh anggota ISIS itu sendiri.

Mereka juga harus melihat kenyataan yang tidak sepatutnya dilihat seperti eksekusi kejam dan sebagainya. Tetapi atas semuanya itu keberangkatan mereka didasarkan atas inisiatif mereka sendiri dan kemudian disetujui oleh keluarga besar.

Lalu kenyataan politik untuk mewujudkan negara Islam ternyata tidak nyata alias tidak bisa terwujud. Tentara IS ternyata kalah melawan tentara Suriah yang menganggap mereka separatis. Sedangkan bagi banyak negara di dunia ISIS adalah musuh utama mereka.  ISIS tercerai berai dan sebagian besar mereka kini dipenjara. Sehingga impian mereka buyar begitu saja, mereka tidak merasa nyaman dan menyesal.

Dengan segala keterangan di atas, apakah para eks ISIS itu terjebak  ke situasi yang tidak nyaman? Pada masa ini kita belajar dari penyesal mereka

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun