Mohon tunggu...
Kartika Wulansari
Kartika Wulansari Mohon Tunggu... Desainer - Disainer

Suka pada cita rasa berkelas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Generasi Muda dan Radikalisme

23 November 2019   02:55 Diperbarui: 23 November 2019   03:05 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam beberapa masa, pengertian radikal dimaknai oleh masyarakat sebagai hal positif. Radikal semula merujuk pada karakter berfikir filsafat yang mendalam sehingga menyentuh akar suatu masalah (radix). Menyentuh akar ini bisa berprespektif positif karena di dalamnya bermakna komprehensif (menyeluruh).

Arti kata radikal dalam pengertian filsafat yang lain adalah bebas, menyeluruh dan obyektif. Nurcholis Madjid pernah memberi contoh yang cukup bagus dalam hal radikal yaitu konsep tauhid radikal.  Pemahaman ini berbasis pada sikap hidup beragama yang percaya diri dan inklusif di tengah kemajemukan.

Namun pemahaman itu kemudian tereduksi dan alami pemangkasan karena banyak pihak seperti pemuka agama tidak mau memberi konteks yang lengkap kepada umat sehingga pemahaman umat juga menjadi sebagian saja dari seluruh konteks pemahaman yang seharusnya juga diajarkan kepada umat termasuk generasi muda.

Sehingga yang dipahami oleh umat soal agama menjadi sepotong dan sekilas serta ada menyimpang. Pahama radikal yang menyimpang ini seperti paham yang menginginkan perombakan dasar dan bentuk negara. Perdebatan soal radikalisme seringkali berujung pada hal-hal yang kontraproduktif terhadap Islam damai itu sendiri.

Misalnya tentang kelompok Islam yang tidak mengakui kelompok lain yang berbeda dan mencapnya sebagai sesat. Dasar pemikiran ini adalah takfirisme yang akhirakhir ini sangat terkenal di sebagian kelompok muslim. Radikalisme semacam ini ada dalam tata pikiran atau ideologi dan paling banyak dimiliki oleh sebagian umat muslin yang punya pemahaman terbatas terhadap Islam.

Kelompok ini juga sering menjadi pelaku bagi kekerasan yang mencelakai umat lain, seperti pelaku bom bunuh diri  yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia selain Jakarta. Mereka umumnya menyasar umat lain (kafir) dan pemerintah yang mereka anggap sebagai thagut.

Jika diteruskan pemikiran ini bisa menuju pada pemahaman yang lebih darikal dari itu yaitu ketidaksetujuan seseorang dengan ideology Pancasila dan menimbulkan dampak pikiran yang mengerikan sebagai bangsa yang bersatu dan beragama.

Islam kita tahu adalah agama pembawa damai yang sejak zaman Nabi Muhammad SAW pun Islam digambarkan sebagai kaum yang punya sifat damai dan membawa manfaat bagi umat sekitarnya. Islam juga menjunjung tinggi system dimana suatu negara itu berlaku.

Sehingga pemahaman Islam yang menyimpang seperti radikalisme itu harusnya dihentikan karena tidak mencerminkan wajah Islam itu sendiri. Para orangtua harus memberikan bimbingan yang cukup bagi anak-anaknya untuk memberi wawasan bagaimana Islam yang damai untuk semua umat itu. Dengan begitu kita bisa terhindar dari pemahaman yang salah soal Islam dan radikal itu sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun