Mohon tunggu...
Kartika Wulansari
Kartika Wulansari Mohon Tunggu... Desainer - Disainer

Suka pada cita rasa berkelas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Doa Kiai Tiada Duanya

13 Desember 2018   12:58 Diperbarui: 13 Desember 2018   16:55 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika masih muda, KH Hasyim Asyari pernah berguru kepada KH Kholil al-Bangkalani di Bangkalan Madura. Beliau sering disebut pula Syaikhona Kholil atau Syekh Kholil. Seperti kita tahu, KH Kholil adalah ulama besar yang hidup panjang usia. Sekitar 104 -105 tahun usianya.

Di kalangan masyarakat santri, Syekh Kholil juga dikenal sebagai Waliyullah. Banyak kelebihan dan kemampuan di luar akal atau karamah beliau yang dikisahkan mereka. Terutama di lingkungan masyarakat Madura.

Ketika berguru di Syekh Kholil, Hasyim Asyari tidak saja belajar kitab al- Qur' an tetapi juga membantu Kiai itu menggembalakan ternaknya. Sapi dan kambing. Bersama beberapa rekannya, Hasyim menggembalakan ternak Syekh Kholil dan baru pulang jelang Magrib. Setiap hari.

Pada satu hari Hasyim mendapati Kiai nya itu bermuram durja. Merasa ada yang tak beres, Hasyim memberanikan bertanya pada gurunya itu. "Apa yang menjadi pikiran Kiai sehingga sedih luar biasa seperti itu," kata Hasyim. Tidak biasanya gurunya bersedih seperti itu. Sedih luar biasa.

Akhirnya Syekh Kholil bercerita. Dia mengatakan bahwa dia sedih karena cincin istrinya jatuh. Jatuhnya di lubang tempat orang buang hajat. Tak hanya itu, cincin itu meluncur ke tempat pembuangan akhir. Bercampur dengan kotoran. Ada tapi tak mungkin diambil.

Mendengar itu serta merta Hasyim membuka pakaiannya dan segera masuk ke lobang pembuangan kotoran akhir tersebut. Dia tidak menghiraukan bau dan kotornya lobang pembuangan itu. Setelah beberapa lama, cincin milik istri Syekh Kholil ketemu. Hasyim menyerahkan itu kepada gurunya. Dia tidak saja menyayangi gurunya tapi juga hormat kepada guru dan keluarganya.

Syekh Kholil amat terkesan dan gembira. Dia tidak menyangka bahwa muridnya itu mau melakukan sesuatu yang mungkin dia sendiri tak mau melakukannya. Syekh Kholil lalu mendoakan Hasyim semoga ia menjadi orang yang bermanfaat. Dia juga berdoa, ilmu yang dipelajarinya di Madura kelak akan berguna bagi masyarakat luas.

Doa Syekh Kholil dijabah Allah. Dikabulkan.

Dalam kurun waktu beberapa lama, dia menjadi ulama tersohor di Jawa. Pendiri Pondok Pesantren yang sangat terkenal di Jombang yaitu Tebu Ireng. Selain itu Hasyim yang punya inisiatif untuk mengeluarkan fatwa melawan penjajahan Belanda pada saat Indonesia baru merdeka. Keputusannya itu dikenal dengan Resolusi Jihad yang kemudian menggerakkan ulama dan para pemuda.

Puncaknya adalah perlawanan masyarakat Surabaya dan Jawa Timur yang menyebabkan Brigadir Jenderal Mallaby tewas. Lalu pecah pertempuran  yang dikenal dengan 10 November. Jika bukan karena fatwa Hasyim pertempuran yang sangat tidak imbang melawan sekutu untuk mempertahankan kedaulatan Indonesia, tak akan terjadi.  Karena kiprahnya itu, Hasyim menjadi pahlawan Nasional.

Kisah ini memperlihatkan bahwa Hasyim sepenuhnya hormat kepada gurunya ; ulama terkenal di Madura. Dia juga berkorban untuk cincin istri Syekh. Syekh Kholil mendoakan dia dan doa Syekh  dikabulkan Allah. Hasyim tak hanya menjadi ulama tapi juga umaro yang sangat berjasa bagi bangsa dan Negara.

Karena itu hormati dan hargailah ulama. Mereka adalah perantara Allah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun