Mohon tunggu...
Kartika Wulansari
Kartika Wulansari Mohon Tunggu... Desainer - Disainer

Suka pada cita rasa berkelas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Stop Hoaks, Bertutur dan Berperilakulah Berdasarkan Pancasila

6 Oktober 2018   08:51 Diperbarui: 6 Oktober 2018   09:21 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pancasila - liputan6.com

Dalam beberapa hari terakhir ini, selain berita tetang penanganan gempa dan tsunami di Palu, Donggala dan Sigi, publik juga diramaikan tentang 'drama' Ratna Sarumpaet yang menebar kebohongan tentang penganiayaan. Entah apa maksud dibalik upaya menebar kebohongan ini, namun kasus Ratna ini menjadi bukti bahwa menebar kebohongan sudah menjadi virus yang mengkhawatirkan. 

Ironisnya, lemahnya budaya cek ricek juga melanda kalangan elit. Mungkin karena bibit kebencian itu sudah ada dalam setiap pribadi manusia, ketika melihat muka lebam Ratna sehabis operasi, amarah itu langsung muncul. Apalagi isu yang dimunculkan ketika itu adalah akibat dari penganiayaan. Belakangan ketika diakui bahwa lebam itu karena efek dari operasi plastik, semua elit bergantian meminta maaf ke publik.

Berita bohong seringkali muncul jelang perhelatan politik. Mungkin kasus Ratna ini tidak ada hubungannya secara langsung dengan politik, tapi respon para elit politik dan menyebarkannya ke media sosial, memang sulit sekali dibilang kalau hal ini tidak politis. Apalagi Ratna merupakan bagian dari tim sukses salah satu pasangan calon. Semestinya hal ini tidak perlu terjadi. 

Tim sukses semestinya harus menjadi pihak yang bisa mendorong pendidikan politik yang sehat bagi publik. Perhelatan politik apakah itu pilkada, pileg ataupun pilpres, bertujuan untuk mencari pemimpin yang bertanggungjawab, berintegritas, jujur dan berani. Jika perhelatan politik ini dilakukan dengan cara saling menebar kebencian, dikhawatirkan pemimpin yang lahir adalah pemimpin yang kurang bertanggungjawab.

Informasi bohong atau hoax juga berpotensi memprovokasi orang untuk berperilaku yang tidak semestinya. Bayangkan, jika polisi tidak bisa mengungkap drama pembohongan yang dilakukan oleh Ratna ini. Lalu, elit politik saling menyerang dan memberikan pernyataan yang terus menjatuhkan. Jika hal ini yang terjadi, kebencian pribadi akan berkembang menjadi kebencian kolektif. 

Penanfsiran seseorang bisa berbeda-beda, karena informasinya sudah dibumbui sentimen yang bermacam-macam. Hal ini pula yang terjadi di Tanjungbalai, Sumatera Utara. Ketika ada seseorang yang mengeluhkan suara azan yang terlalu keras, lalu menyebar dan informasinya sudah berubah tentang larangan azan, dan berujung pada pembakaran tempat ibadah. Aksi pembakaran ini tersulut oleh provokasi yang terus berkembang di media sosial.

Sudahlah. Stop menyebarkan informasi bohong dalam bentuk apapun untuk kepentingan apapun. Mari kita menjadi pribadi yang mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal. Tidak ada budaya hoax dalam budaya Indonesia. Yang justru sebaliknya. 

Budaya Indonesia adalah budaya menebar keramahan bukan menebar kemarahan. Budaya Indonesia adalah menebar kedamaian, bukan menebar kegaduhan. Itulah kenapa toleransi menjadi hal yang mutlak di Indonesia. Melalui toleransi, masyarakat Indonesia bisa hidup berdampingan dalam keberagaman.

Tanamkanlah nilai-nilai Pancasila dalam setiap ucapan dan tindakan. Karena nilai Pancasila merupakan nilai yang lahir dari budaya masyarakat Indonesia. Pahami dan impelentasikan nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah dan keadilan dalam kehidupan sehari-hari. 

Hal ini penting karena seiring dengan perkembangan teknologi, informasi yang berkembang begitu pesat. Sementara kemajuan teknologi ini seringkali digunakan oleh kelompok intoleran untuk menebarkan provokasi kebencian. 

Jika hal ini dibiarkan, kelompok radikal akan memanfaatkan hal ini untuk menebar propaganda radikalisme, yang bisa memicu terjadinya aksi teror di Indonesia. Salam.

                                                                                                                                                                        

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun