Kompal salah satu komunitas kompasianer regional. Terkumpul karena takdir. Ya sesimpel itu alasan terkumpulnya anggota kompal.Â
Triggernya memang sebuah event nangkring kompasiana 2016 lalu. Bertemulah kompasianer Palembang yang terhubung satu sama lain.Â
Satu hal yang  kadang tidak kami percayai justru "iyakah kita baru saling mengenal baru berapa tahun ini? ".
Keanggotaan kompal tak terbatas, jika mencintai Palembang silakan gabung di Kompal. Ngobrol setiap hari di WAG. Apapun dibahas dengan cara yang " gila".Â
Warna kulit,bentuk mata berbeda karena suku beragam, meski semua sama-sama tidak mampu menolak makan pempek dan ngirup cuko meski di pagi buta.Â
Soal ras tentu kami tak berani mengaku-ngaku, jika kebetulan ada yang keturunan Tionghoa, atau masih ada sekelumit keturunan Arab atau India, ya gak bisa juga ngaku-ngaku beda ras. Hanya beda etnis saja.Â
Di kompal ada yg beragama kristen, budha dan konghucu.Setiap perayaan hari besar keagamaan kami sama-sama merayakan semua lebaran dengan saling sanjo.Â
Semua dihargai dengan semangat egaliter. Bahkan komunitas ini tanpa ada struktur organisasi.Â
Satu kekaguman saya dalam kompal adalah rasa kebersamaan, solidaritas yang tinggi. Bahkan saat berkompetisi pun saling menyemangati, saling menguatkan saling mengingatkan.Â