Cuaca hari ini tidak mendukung, kondisi kesehatan saya juga agak menurun jadi agak males nih untuk menyiapkan takjil.
Padahal kan kasihan dengan kakak Davi, jadi hari ini diputuskan untuk beli aja.
Di kampung kami ada sebuah warung sarapan, namanya warung Ning Hayati, lokasinya sangat dekat berada di seberang rumah.
Kami sebenarnya kami jarang beli sarapan ataupun takjil seperti ini. Hanya kondisi tertentu atau sekedar buang kepingin kami membeli di sana.
Menu yang ditawarkan disana cukup beragam terutama makanan khas Palembang mulai dari aneka macam pempek, model, yakni pempek isi tahu yang digoreng dan direbus dengan kuah kaldu bening. Celimpungan, pempek yang dimakan dengan kuah santan kuning.Laksan, pempek yang dimakan dengan kuah santan merah. Burgo, tepung beras kukus yang dimakan dengan kuah santan. Martabak telur yang dimakan dengan kuah kari.
Aneka jajanan pasar seperti kue lumpang ,srikaya , dadar gulung, dadar jiwo, yang paling sedap itu gandus, kue tepung beras gurih kukus dengan topping ebi, bawang goreng dan irisan cabai.
Membeli di jam lapar seringkali membuat lapar mata.
Soal harga sangat murah mulai dari seribu rupiah dengan rasa lumayan enak.
Jika ingin lebih lengkap lagi ada banyak pasar bedug di Palembang.
Di sana lebih banyak lagi ragam makanan yang  ditawarkan.
Seperti cerita saya tahun lalu,
5 setan penggoda di bulan ramadan.
Tetapi saya lebih sering memasak sendiri. Jauh lebih puas.
Bagaimana petualangan berburu takjilmu hari ini?. Berikut liputan dari Davriel sekaligus upload perdananya.
Subscribe dan like ya biar dia semangat untuk berbagi cerita tentang Palembang.
Salam.