Malam itu gelap, waktunya setan bergentayangan. Waktunya manusia untuk beristirahat,membiarkan raga melepas lelah. Tetapi jiwa tak pernah meminta istirahat, saat lelapnya sang raga, Â jiwa selalu terjaga, menanti waktu dipanggil NYA. Â Terkadang jiwa membutuhkan raga, agar ia mampu menyiapkan diri beribadah, karena tata cara ibadah membutuhkan raga pelaksanaannya.
Benarkah malam itu tercipta buruk karena gelapnya. Haruskah kita takut akan ketidakhadiran sang surya yang menyebabkan malam gulita? Adakah cahaya saat sang Rahim menempatkan kita di rahim 42 minggu lamanya?
Mengapa kita selalu lupa mensyukuri atas nur NYA yang dititipkan dalam jiwa kita saat kita mengucapkan janji pertama sebagai manusia. Malam ramadan hanya sebagai media pembalajar dariNYA.
Tak ada kiri dan kanan lebih baik, hanya budaya kita saja yang membiasakan ada keunggulan satu sama lain. Sebagaimana Maha Pencipta menciptakan Siang dan Malam serta kekayaan dan kecukupan dariNYA. Izinkan aku berjumpa malam-malam ramadanMU berikutnya.