Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Untuk Bebas Sampah PLastik 2029, Indonesia Tidak Mesti Menunggu Konsensus

19 Agustus 2025   12:33 Diperbarui: 19 Agustus 2025   12:33 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampah plastik menumpuk mencemari Pantai Junti, Juntinyuat, Indramayu, Jawa Barat, Senin (4/8/2025). Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara 

Untuk Bebas Sampah Plastik 2029, Indonesia Tidak Mesti Menunggu Konsensus

“Dengan atau tanpa perjanjian, aksi konkret adalah kunci perubahan.”

Oleh Karnita

Pendahuluan

Tumpukan sampah mendominasi pesisir Pantai Junti, Juntinyuat, Indramayu, Jawa Barat, Senin (4/8/2025), terlihat jelas di antara ombak yang tenang (ANTARA FOTO/Dedhez Anggara). Keadaan ini menegaskan urgensi pengelolaan sampah plastik yang masih menjadi tantangan besar bagi Indonesia dan dunia. REPUBLIKA.CO.ID (19/8/2025) memberitakan bahwa perundingan Perjanjian Plastik Global sesi INC-5.2 di Jenewa berakhir tanpa konsensus, menunjukkan ketegangan antara kepentingan global dan nasional.

Meski tanpa kesepakatan internasional, pemerintah Indonesia menegaskan komitmen melaksanakan langkah konkret untuk menghentikan polusi plastik, sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto untuk pengelolaan 100 persen sampah pada 2029. Fokus penulis tertuju pada upaya strategis Indonesia yang mencerminkan kepemimpinan global sekaligus tanggung jawab domestik. Langkah-langkah nasional yang terencana ini penting untuk memperkuat posisi Indonesia di panggung internasional sekaligus melindungi ekosistem lokal.

Peristiwa ini relevan dengan kondisi saat ini karena plastik masih mendominasi limbah laut dan darat, mengancam kesehatan manusia, keanekaragaman hayati, dan ekonomi lokal. Kegagalan konsensus internasional tidak mengurangi urgensi tindakan nasional. Penulis tertarik mengulas ini sebagai refleksi diplomasi lingkungan Indonesia dan strategi mitigasi polusi plastik yang tetap progresif meski menghadapi dinamika global.

Prioritas Nasional dalam Pengelolaan Sampah Plastik

Selama INC-5.2, delegasi Indonesia menekankan penghapusan plastik bermasalah dan bahan kimia berbahaya sebagai prioritas utama. Penerapan desain produk berkelanjutan menjadi strategi agar produksi plastik lebih ramah lingkungan dan mudah didaur ulang. Pendekatan ini juga mendukung ekonomi sirkular, sehingga sampah tidak sekadar dibuang tetapi diubah menjadi sumber daya baru. Langkah ini menegaskan bahwa tindakan nasional dapat berjalan paralel dengan upaya diplomasi global.

Indonesia juga menekankan pengelolaan sampah dari hulu ke hilir, mulai dari produksi, distribusi, hingga pengumpulan dan daur ulang. Remediasi dan restorasi ekosistem menjadi bagian penting agar dampak polusi plastik dapat diminimalkan secara ekologis. Strategi ini mencerminkan integrasi antara kebijakan lingkungan, ekonomi, dan sosial. Refleksi ini menunjukkan bahwa keberhasilan nasional membutuhkan kolaborasi lintas sektor dan konsistensi implementasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun