Karena itu, proyek ini harus disertai penguatan sistem, regulasi, serta pengawasan. Tanpa hal tersebut, gedung hanya akan menjadi simbol fisik yang indah namun kosong makna. Pesannya jelas: potensi besar tidak boleh dikelola dengan cara-cara lama yang penuh kelemahan.
Belajar dari Malaysia dan Negara Lain
Menteri Agama menyebut Malaysia sebagai contoh tata kelola wakaf yang terintegrasi dengan baik. Negeri jiran itu berhasil membangun gedung khusus sebagai pusat pengelolaan dana umat yang profesional. Perbandingan ini relevan karena menunjukkan pentingnya kelembagaan yang kuat.
Namun, meniru saja tidak cukup. Indonesia memiliki kompleksitas sosial, hukum, dan budaya yang berbeda. Pesan pentingnya adalah adaptasi harus mempertimbangkan konteks lokal agar model yang diterapkan tidak gagal. Kritik yang perlu disampaikan adalah jangan hanya meniru bentuk gedung, tetapi juga meniru kualitas tata kelola.
Refleksinya, Indonesia justru berpeluang menciptakan model baru yang lebih inovatif. Gedung 40 lantai bisa menjadi pusat integrasi dana umat, tetapi keberhasilannya diukur dari manfaat nyata, bukan hanya megahnya fisik bangunan.
Menjawab Tantangan Akuntabilitas
Pertanyaan mendasar publik adalah: bagaimana menjamin akuntabilitas Rp 500 triliun dana umat? Sejarah mencatat banyak dana sosial yang bocor atau disalahgunakan karena pengawasan lemah. Gedung yang direncanakan ini harus didesain sebagai pusat transparansi, bukan sekadar kantor mewah.
Pesannya, masyarakat perlu dilibatkan melalui sistem informasi publik yang terbuka. Laporan keuangan lembaga pengelola dana umat harus bisa diakses oleh publik, seperti halnya badan publik lainnya. Kritiknya, jangan sampai pembangunan gedung justru menambah beban anggaran tanpa menghasilkan transparansi.
Refleksi pentingnya adalah kepercayaan publik hanya bisa tumbuh jika ada keterbukaan, audit independen, serta partisipasi masyarakat. Gedung ini harus menjadi simbol integritas, bukan sekadar simbol kebanggaan politik.
Antara Ikon Kota dan Simbol Umat
Bundaran HI adalah salah satu titik ikonik Jakarta. Membangun gedung 40 lantai di lokasi ini berarti menempatkan dana umat di pusat perhatian nasional. Pilihan lokasi yang strategis ini bisa mengangkat martabat lembaga pengelola dana umat.