Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Tak Ada yang Abadi, Bahkan di Antara Dua Raksasa

6 Juni 2025   16:14 Diperbarui: 6 Juni 2025   16:14 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahkan sekutu terbaik pun bisa berubah jadi musuh, bila ego mendahului akal sehat. (Meta AI)

Alih-alih saling menenangkan, keduanya malah saling memanaskan. Trump mengancam akan memutus kontrak senilai $22 miliar dengan SpaceX. Musk membalas dengan sindiran soal berkas Epstein dan menyatakan dukungannya untuk pemakzulan Trump. Di sinilah kita belajar: kekuasaan tanpa kedewasaan, hanya akan menghasilkan kekacauan.

2. Kebijakan Trump: Menggertak atau Menyesatkan?

"Cara paling mudah memangkas anggaran adalah memutus kontrak dengan Elon." —Trump

RUU baru Trump bicara soal pengurangan pajak, pengusiran imigran ilegal, dan efisiensi besar-besaran. Tapi justru di sinilah letak persoalannya. Musk menilai RUU itu hanya memperlebar utang negara. Secara data, utang AS memang terus menanjak, dan pemotongan pajak tanpa strategi fiskal yang matang hanya akan memperparah situasi.

Trump menggunakan dalih penghematan untuk menghantam Musk. Tapi data menunjukkan bahwa SpaceX bukan beban anggaran, melainkan aset strategis. Dengan kontrak senilai $5 miliar, SpaceX jadi satu-satunya perusahaan yang mampu mengangkut astronot ke ISS. Apakah memutus kontrak itu langkah cerdas, atau sekadar balas dendam emosional?

Tentu, setiap pemerintah boleh merevisi anggaran. Tapi jika keputusan itu dibuat karena baper personal, bukan berbasis data dan kebutuhan strategis nasional, maka rakyatlah yang akan rugi. Seharusnya, pemimpin berpikir jauh ke depan, bukan sekadar satu siklus pemilu.

3. SpaceX: Penopang Luar Angkasa atau Korban Ego?

"Kami akan tetap bekerja sama dengan mitra industri demi misi luar angkasa nasional," —NASA

Dampak dari perseteruan ini bukan main-main. SpaceX bukan sekadar perusahaan roket. Ia adalah tulang punggung misi luar angkasa AS. Tanpa Dragon, wahana andalan SpaceX, NASA kesulitan menjangkau Stasiun Luar Angkasa. Bahkan Pentagon pun bergantung pada armada satelit buatan perusahaan ini.

Beruntung, SpaceX sudah menjelma jadi kekuatan global. Menurut Justus Parmar, CEO Fortuna Investments, perusahaan itu tetap kuat meski kontrak diputus. Tapi tetap saja, kehilangan kontrak dengan pemerintah AS bisa berarti kehilangan potensi miliaran dolar dan kesempatan strategis.

Di sinilah terlihat pentingnya memisahkan urusan pribadi dan urusan negara. Negara bukan arena dendam. Bila kebijakan diambil berdasarkan konflik personal, kita sedang bermain-main dengan masa depan sains, pertahanan, dan martabat bangsa sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun