Mohon tunggu...
Karla Wulaniyati
Karla Wulaniyati Mohon Tunggu... Lainnya - Senang Membaca dan (Kadang-kadang) Menulis di karlawulaniyati.com

Let the beauty of what you love be what you do (Rumi)

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Euforia MRT, Kita pun Tidak Kalah dari Negara Lain

4 April 2019   09:24 Diperbarui: 4 April 2019   09:30 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jejeran MRT di Stasiun Lebak Bulus (Sumber gambar : dok.pri)

 4. Jaga kebersihan.
Sama dengan mengantri, budaya menjaga kebersihan juga harus dibiasakan agar di semua tempat termasuk di MRT maupun stasiun  kebersihan bisa menjadi salah satu yang dibanggakan.

Selama di MRT berulangkali diumumkan lewat pengeras suara bahwa tidak diperbolehkan untuk makan di dalam MRT. Saya pikir waktu yang sangat singkat tidak akan cukup untuk bisa makan tenang apalagi kalau jarak yang ditempuh hanya beberapa stasiun saja jadi daripada makan lebih baik menikmati dan mengamati selama perjalanan dengan MRT.

 5. Menghargai sesama penumpang.
Sebenarnya masalah menghargai harus di semua tempat tidak hanya selama naik MRT saja. Bisa dibayangkan jika saat ada di kendaraan umum berbincang dengan suara keras, tertawa terbahak-bahak hingga mengganggu penumpang lain.
Bukan tidak boleh berbincang dan tertawa hanya saja jangan sampai keberadaan kita membuat jengah penumpang lain karena mengganggu mereka.

Jika ada penumpang yang harus diprioritaskan seperti manula, ibu hamil, membawa anak maka akan sangat bijak membantu dan memberikan duduk pada mereka.

Karena saya naik MRT saat libur dan banyak orang sama seperti saya  yang berniat ikut euphoria atas dijalankannya MRT mereka tidak terlihat keberatan walau harus berdiri saat naik MRT malah semua terlihat menikmati perjalanannya.

 6. Tidak usah berebut.
Ciri khas naik kendaraan umum itu berebut. Berebut untuk naik, berebut agar bisa duduk, berebut agar dapat tempat yang nyaman, pokoknya ciri khasnya berebut bahkan untuk kendaraan umum yang sudah jelas no kursinya saja berebut masih jadi pemandangan yang tidak hilang.

Karena saya naik di awal stasiun maka saya kebagian duduk. Si bungsu malah ingin berdiri karena ingin tangannya bergelantungan  apalagi tempat pegangan tangan untuk bergelantungannya ada yang rendah bisa dijangkau oleh saya dan si bungsu padahal biasanya di kendaraan umum selalu tinggi dan tidak bisa dijangkau oleh saya.

Saat jalan pulang ada ibu yang menggendong anak, si bungsu memberikan tempat duduknya pada si ibu tetapi ditolak karena katanya sudah mau turun, nah si bungsu malah manyun karena dia tidak jadi berdiri...hehehe. 

Ada Pegangan Tangan Yang Bisa Dijangkau Untuk Yang Tidak Terlalu Tinggi Seperti Saya (Sumber gambar : dok.pri)
Ada Pegangan Tangan Yang Bisa Dijangkau Untuk Yang Tidak Terlalu Tinggi Seperti Saya (Sumber gambar : dok.pri)
  

7. Nikmati perjalanannya.
Karena hari libur dan banyak orang yang ingin mencicipi euphoria atas dijalankannya MRT membuat stasiun dan MRT nya sendiri penuh sesak. Suasananya mirip dengan stasiun saat lebaran yang saya lihat di TV jika musim mudik tiba.

Bedanya tidak ada dus atau tas besar yang dibawa oleh penumpang, malah yang terlihat penumpang bergaya piknik walau tidak terlihat lagi yang menggelar makanan di stasiun seperti foto yang membuat heboh di media sosial. Semua orang terlihat menikmati perjalanan dengan MRT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun