Kondisi prehipertensi dapat menyebabkan terbentuknya neoantigen (nAg) yang akan mengaktivasi sel kekebalan tubuh yang disebut sebagai sel T. Sel T yang teraktivasi akan memasuki ginjal dan pembuluh darah dalam tubuh manusia. Sel T akan menghasilkan suatu senyawa kimia yang disebut dengan sitokin (Lim 2019).
Selain itu, terdapat juga molekul lain yang juga berperan dalam proses terjadinya hipertensi, yaitu IL-17 yang dibentuk oleh sel T helper. IL-17 ini meningkatkan masuknya sel inflamatori ke dalam jaringan. Hal ini merangsang pembentukan senyawa sitokin dan menyebabkan peningkatan respon inflamasi sehingga terjadi peningkatan tekanan darah lebih lanjut. Umumnya, digunakan pula suatu parameter berupa protein C- reaktif (CRP) untuk mengukur peningkatan proses inflamasi (Lim 2019; Szulinska et al. 2017).
Efek Ekstrak teh hijau sebagai antihipertensi
Kunci dalam pencegahan dan pengobatan pasien dengan hipertensi adalah penurunan tekanan darah yang efektif dan perbaikan semua faktor risiko yang dapat dimodifikasi untuk mengurangi risiko kardiovaskular secara keseluruhan (Lisiswanti & Dananda 2016).Â
Salah satu analisis yang diterbitkan dalam food & nutrition research bertujuan untuk menentukan efek suplementasi diet dengan ekstrak teh hijau pada tekanan darah, jenis konsentrasi parameter peradangan, status antioksidan pada model tikus hipertensi yang diinduksi NaCl . Parameter yang digunakan dalam analisis tersebut berupa TNF-, CRP, dan TAS. Penelitian dilakukan menggunakan sampel tikus dengan perlakuan kontrol, perlakuan ekstrak teh hijau berkonsentrasi rendah, dan  perlakuan ekstrak teh hijau berkonsentrasi tinggi. Â
Hasil menunjukkan bahwa ekstrak teh hijau tidak berpengaruh secara nyata pada massa tubuh masing-masing tikus. Massa tubuh setelah akhir percobaan, tidak berbeda secara signifikan. Namun, ekstrak teh hijau terbukti mampu menurunkan tekanan darah secara signifikan. Selain itu, studi juga menunjukkan bahwa ekstrak teh hijau terbukti memiliki efek anti-inflamasi (Szulinska et al. 2017).
Penelitian lain terhadap ekstrak teh hijau yang dilakukan Aini et al. 2021, juga menunjukkan bahwa kandungan flavonoid pada ekstrak daun teh hijau terbukti dapat memperbaiki sel-sel rusak akibat oxidative stress dan dapat menekan hipertensi.
Ekstrak teh hijau mampu mengatur homeostasis vaskular dengan pengaturan produksi zat vasokonstriktor seperti angiotensin II, prostaglandin, endotelin-1, dan zat vasodilatasi berupa prostasiklin. Â Epigallocatechin gallate (EGCG) pada teh hijau mampu mengurangi kerusakan sel endotel yang merupakan bagian dari pembuluh darah, menurunkan produksi IL-6 dan TNF- dengan cara menghambat aksi protein aktivator faktor transkripsi (AP-1) dan faktor kappa-light-chain-enhancer (Szulinska et al. 2017).
Selain itu, studi juga menemukan bahwa senyawa polifenol yang terkandung dalam teh hijau ini terbukti dapat menurunkan produksi ROS serta dapat meningkatkan produksi enzim yang mengkatalisis degradasi hidrogen peroksida (Szulinska et al. 2017). Â Kadar katekin yang ada di teh hijau berjumlah hingga 78% (Farooqui 2012), dan membuat teh hijau memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dari semua jenis teh.
Manfaat lain dari teh hijau
Selain bermanfaat dalam menurunkan tekanan darah, terdapat beberapa studi yang turut menemukan manfaat lain dari teh hijau. Dari beberapa penelitian, diketahui bahwa teh hijau juga dapat membantu mengatasi obesitas. Teh hijau terbukti dapat meningkatkan metabolisme tubuh serta dapat meningkatkan gelombang neurotransmitter pada otak sehingga dapat mengurangi nafsu makan dan meningkatkan energi. Terdapat tiga komponen atau bahan utama dalam teh hijau yang sangat berperan untuk menurunkan berat badan, yaitu flavonoid, kafein, dan L-theanine  (Wulandari & Rahmanisa 2016).
Selain itu, teh hijau juga dapat menghambat aktivasi sel kanker karena keberadaan komponen senyawa EGC dan EGCG yang ada di dalam teh hijau. Sel kanker paling sering menyerang di guanine yang merupakan salah satu basa penyusun DNA dan RNA. Maka dari itu, sistem DNA harus diperbaiki sehingga berperan menghambat inisiasi karsinogenesis dan EGCG menghambat karsinogenesis tersebut. Ada dugaan lain dimana EGCG berinteraksi dengan O6--alkylguanine-DNA alkyltransferase (AGT). EGCG membantu AGT mengaktifkan gen AGT-nya sendiri sehingga ekspresinya meningkat dan mencegah adanya mutasi di proto-onkogen K-ras (Rumiati 2004).