Ketekunan. Apa itu ketekunan? kita semua belum pernah melihat ketekunan. Ketekunan hanya dapat dirasakan, dianalisa, dan dipraktekkan. kita bisa berasumsi bahwa orang itu tekun kalau memang dia benar-benar tekun.Â
Akan tetapi sebenarnya apa yang menggerakan seseorang untuk tekun? mengapa ada orang tekun dan ada yang malas? bagaimana menjadikan diri sebagai pribadi yang tekun?Â
Saya berbicara bukan sebagai ahli psikologi. saya pun bukan sosiolog ataupun ahli-ahli lainnya yang belajar secara khusus tentang ketekunan. Akan tetapi, saya berani bicara tentang ketekunan dari pengalaman saya.Â
Lebih tepatnya dari pengalaman melihat ketekunan orang lain. Pengalaman-lah yang berbicara. Oleh karena saya meyakini bahwa di atas segala hal yang bersifat teoritis ada pengalamanlah yang paling tinggi.Â
Kembali kita berbicara tentang ketekunan. seperti yang saya katakan pada mulanya, ketekunan itu dimiliki oleh orang-orang di sekitar saya. Saya berusaha menyerap ketekunan mereka.Â
Ketekunan itu bagaikan seorang gadis cantik yang berada di tepian danau yang sedang dirayu oleh lelaki yang menyukainya. Ketekunan itu tidak didapat seperti memasukan daging ayam yang sudah digoreng ke dalam mulut. Ketekunan itu butuh kerja. Persisnya kerja keras.Â
Semakin kita merayu, menggombal, menarik dengan tenaga yang kuat, maka ketekunan akan menjadi milik kita. Ketekunan berawal dari kebiasaan. Ketekunan akan menjadi milik kita. Dia akan semakin melekat dalam diri kita. Dia akan menjadi belahan jiwa kita.Â
Apabila dia sudah jatuh cinta dengan kita, dia tidak akan memisahkan diri dari kita. Dia akan sedih dan menangis sepanjang malam apabila kita tidak peduli dengan dia. Untuk itu, marilah kita merayu ketekunan itu dengan sedikit keringat yang bercucuran karena pada akhirnya dia tidak akan sanggup berpisah dari kita.