Mohon tunggu...
Kardiaman Simbolon
Kardiaman Simbolon Mohon Tunggu... Lainnya - Menginspirasi

Apa yang kauperbuat bagi saudaraku yang paling hina ini, itu kau lakukan untuk Aku.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pak Bambang: Dawet....

16 September 2010   03:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:12 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demi mengais sesuap nasi, Agus berkeliling wilayah Sukun Malang, menjajakan Es Dawet Ayu Asli Banyumas yang segar di siang hari yang terik.
Bunyi ketrukkan bambu yang bersaing dengan ramainya suasana kota dan derungan kendaraan bermotor, mewakili teriakan Agus dalam menjajakan Dawet Banyumasnya. Ketrukkan yang keras seakan bisu dan tak terdengar. Semua orang yang lewat tentu tahu ketika gerobak hijaunya melewati gang-gang Sukun yang cukup sempit. Namun, betapapun menterengnya warna gerobak itu seakan semua mata luput dari cerahnya.
Udara yang panas tidak juga membawa daya tarik seseorang untuk datang dan mencicipi Es Dawet yang segar. Banyak orang sekitar yang telah mengenal dan mencicipi es Dawet buatan Agus. Sebagai menu pertama sebelum mencicipi Dawetnya, senyum ramah dari Agus pedagang Dawetlah yang mendahului menyegarkan Dawet yang telah dicampur es.
Penghasilan kira-kira Rp 40.000,00 per hari dianggap cukup untuk menghidupi istri dan satu anak yang masih berumur 5 tahun. Istri yang bekerja di pabrik rokok cukup juga membantu membumbungkan asap dapur untuk makan sehari-hari. Kebutuhan untuk mencari nafkah sehari-hari dapat dikatakan mengorbankan kasih terhadap putri semata wayang, yang sehari-harinya dititipkan main dengan tetangganya.
Melatih anak untuk dewasa dan mandiri sejak umur 5 tahun tidaklah mungkin. Kenyataan memang tidak dapat dielakkan, Es Dawet Ayu menjadi jawaban untuk bertahan hidup di tengah kehidupan yang menuntut banyak. Walaupun tidak banyak yang dapat diperbuat Es Dawet untuk keluarga, namun tetap menjadi kebanggaan karena menjadi nadi hidup keluarga Agus.
Manis dan segarnya Es Dawet Ayu yang dinikmati siang hari di bawah terik matahari, meninggalkan manis di bibir dan hati. Kesan mentereng warna gerobak dan nama besar Es Dawet Ayu Banyumas tidak secerah senyum dan sebesar hati Agus penjual Dawet. Jika mencobanya jangan lupa membawa sapu tangan untuk menahan air liur yang tak tertahan.---GO.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun