Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Money

Unraveling The Resource Curse: Mengapa Indonesia Belum Menjadi Negara Maju?

17 September 2021   19:11 Diperbarui: 17 September 2021   19:16 1666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  

"Bukan lautan, hanya kolam susu

Kail dan jala cukup menghidupimu

Tiada badai tiada topan kautemui

Ikan dan udang menghampiri dirimu..."

Sepotong lirik dari lagu "Kolam Susu" besutan Koes Plus tersebut pastinya terdengar tidak asing di telinga kita. Perumpamaan tersebut sangat konsisten dengan depiksi Indonesia di mata internasional: Negara kepulauan tropis nan indah dengan kekayaan alam yang melimpah. Sayangnya, dengan kelimpahan tersebut, Indonesia sudah 76 tahun terjebak sebagai negara berkembang yang masih berjuang untuk membangun perekonomiannya.

Sebagai rakyat Indonesia, mungkin kita kerap mempertanyakan alasan di balik stagnasi tersebut. Bukankah seharusnya SDA merupakan faktor produksi yang merupakan modal perekonomian? Namun, bagaimana jika kelimpahan SDA justru dapat menghambat pembangunan ekonomi suatu negara? Adakah penjelasan ekonomi di balik kenyataan paradoksal ini?

Sumber Daya Alam, Buah Simalakama Ekonomi Politik?

Tak dapat dipungkiri, suatu negara membutuhkan sumber daya alam untuk menghidupi rakyatnya. Namun, terlalu banyak sumber daya alam justru dapat membahayakan pola pembangunan suatu negara. 

Dalam ilmu ekonomi, postulat ini dikenal dengan istilah resource curse atau kutukan sumber daya alam. Sejumlah pengamat telah menyadari adanya korelasi ini sejak beberapa abad lalu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun