Bayangkan sebuah situasi di mana Anda terjebak di tengah sebuah pandemi global. Situasi ke depannya kelihatan tidak begitu baik. Orang-orang kehilangan pekerjaan, usaha-usaha gulung tikar, dan bisa saja Anda tiba-tiba terjangkit virus yang mematikan. Dihadapkan dengan situasi seperti ini, apakah Anda akan: a) menambah tabungan Anda, atau b) menambah konsumsi Anda?
Opsi pertama hampir pasti menjadi pilihan jika Anda bertanya kepada siapa saja yang masih waras. Situasi seperti ini pun tak akan terlalu sulit untuk dibayangkan---pandemi COVID-19 yang telah berjalan selama hampir setahun menjadi bukti betapa nyatanya skenario di atas. Namun, tindakan yang kelihatan amat logis ini justru bisa memperparah depresi ekonomi yang sedang kita alami sekarang.
Melihat Fallacy of Composition Bekerja
Fallacy of composition adalah sebuah konsep yang kerap kali kita temui dalam studi ilmu ekonomi. "Kesalahan" logika ini terjadi ketika kita mengasumsikan bahwa sesuatu yang baik bagi sebagian orang pasti baik bagi semua orang. Sebagai contoh, jika Anda sedang menonton sepak bola di stadion dan Anda memutuskan untuk berdiri, maka Anda dapat melihat jalannya pertandingan lebih baik. Namun, jika semua orang berdiri, justru tidak ada yang dapat melihat dengan lebih baik.
Bukan suatu fakta yang mengejutkan bahwa konsep ini menjadi penting dalam ilmu ekonomi, terutama ekonomi makro. Sebagai sebuah cabang ilmu yang mempelajari perekonomian secara keseluruhan (Mankiw, 2021), fallacy of composition jelas berpengaruh dalam konsepsinya. Banyak prinsip ekonomi mikro yang tak dapat serta-merta diterapkan di skala makro, dan fallacy of composition adalah penyebabnya.
Pemisahan ekonomi mikro dan makro secara jelas sendiri baru dimulai dengan dipublikasikannya buku The General Theory of Employment, Interest and Money oleh ekonom kenamaan asal Britania Raya, John Maynard Keynes pada tahun 1936 (Snowdon dan Vane, 2005). Ide-ide Keynes menantang pemahaman ekonomi klasik bahwa keputusan sebuah pasar bebas akan selalu optimal. Selain menjadi fondasi dari ilmu makroekonomi modern, buku ini juga melahirkan sebuah cabang pemikiran baru dalam ekonomi yang dikenal sebagai mazhab Keynesian.
Secara agregat, tabungan nasional merupakan salah satu faktor penting dalam mengamati kondisi makroekonomi suatu negara, dan juga erat kaitannya dengan pendapatan nasional. Namun, sebagai sebuah variabel makro, tentunya ia tak lepas dari fallacy of composition. Ketika menabung dianggap sebagai hal yang baik untuk menambah kemakmuran individu, ia justru berpotensi menurunkan kekayaan suatu negara, terutama di masa krisis seperti sekarang. Lantas, bagaimanakah penjelasan di balik fenomena yang kelihatan membingungkan ini?
Tabungan, Penerimaan Agregat, dan Pendapatan Nasional
Salah satu model paling mendasar dalam makroekonomi adalah circular flow diagram. Model ini menggambarkan interaksi dan perputaran pendapatan antara "rumah tangga" dalam perekonomian, yang dapat meliputi konsumen, produsen, pemerintah, hingga masyarakat luar negeri. Dalam bentuknya yang paling sederhana, circular flow diagram terdiri dari dua sektor, yakni rumah tangga konsumen (RTK) dan rumah tangga produsen (RTP).Â