Mohon tunggu...
Kang Win
Kang Win Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kebersamaan dan keragaman

Ingin berkontribusi dalam merawat kebersamaan dan keragaman IG : @ujang.ciparay

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengalaman Mudik 15 Kali Lebaran

3 April 2021   18:50 Diperbarui: 3 April 2021   18:54 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengalaman yang paling menyenangkan saya rasakan ketika anak kami sudah 3. Saya juga masih ingat betul hal-hal lucu yang ditemui dalam perjalanan mudik. Seperti misalnya tingkah anak kedua kami yang selalu menghitung berapa kota lagi akan dilewati. Setiap melintasi sebuah kota dia pasti bertanya : "Berapa kota lagi Pak ?". Sementara anak ketiga kami, perempuan, paling heboh menyemangati saya saat mengemudi. Dia terus berteriak :"ayo pa, ayo pa, kebut pa" itu sering diulang-ulang selama perjalanan. Sebaliknya dia akan berteriak : "awas awas, awas pa, awas pa !" ketika kami melewati perlintasan kereta api. Kebetulan jalur selatan adalah jalur dimana banyak sekali ditemui titik-titik perlintasan kereta api.


Melalui Jalur Utara Saat Menuju Bandung

Saat mudik lebaran kami biasanya mengambil rute jalur utara untuk perjalanan menuju Bandung. Pertimbangan utamanya jalur ini aman untuk perjalanan malam hari. Berbeda dengan jalur selatan yang masa itu cukup rawan gangguan keamanan di malam hari.

Rute jalur utara sebenarnya cukup membosankan karena lebih banyak jalur datar dan lurus kecuali di lintasan Alas Roban dan lintasan dari perbatasan Cirebon - Majalengka - Sumedang sampai Bandung yang jalurnya naik turun dan berkelok. Berbeda dengan jalur selatan yang hampir setengahnya merupakan dataran tinggi dengan pemandangan alam yang indah.

Perjalanan ke Bandung biasanya dimulai dengan berangkat dari rumah sore hari sehingga kami bisa buka puasa di daerah Tuban sebelum masuk wilayah Jawa Tengah. Kalau start dari Surabaya lebih awal dan perjalanan relatif lancar, maka kami akan stop istirahat agak lama di Luwes, Rembang Jawa Tengah.  Luwes ini rumah makan di hutan hati yang sebenarnya semacam rest area untuk truk barang. Namun banyak juga kendaraan kecil yang ikut berhenti disitu menikmati menu makanan khas Luwes. Aneka masakan yang enak di lidah dengan harga yang miring.  Menjelang tengah malam biasanya kami sudah lewat Semarang dan berhenti di Alun-alun Batang. Ini adalah penghentian favorit kami. Warung tenda lesehan di sepanjang trotoar alun-alun menjadi pilihan kami untuk istirahat. Anak-anak langsung sibuk pesan ayam goreng dan es jeruk. Kalau saya pasti pesan mie godog dan tentu saja kopi pahit. Sambil menunggu pesanan siap itulah saya sempatkan tidur. Selonjoran di atas trotoar dengan alas tikar.

Kalau lancar kami bisa sholat shubuh di Losari di sebuah masjid yang letaknya hanya beberapa meter dari tugu perbatasan Jawa Tengah - Jawa Barat. Masjid itu sendiri masih berada di wilayah Brebes Jawa Tengah. Oh ya Losari itu unik, 2 kecamatan yang saling berbatasan dengan nama yang sama. Yang satu berada di wilayah Kabupaten Brebes - Jawa Tengah, dan satunya masuk Kabupaten Cirebon - Jawa Barat. Kedua kecamatan yang sama-sama namanya Losari ini dipisahkan oleh Sungai Cisanggarung yang masuk wilayah Brebes.  

Jika perjalanan agak lambat karena terjebak macet misalnya, biasanya kami stop di tegal sebelum perbatasan dengan Brebes. Istirahat sambil menunggu saatnya sholat shubuh. Namun jika tengah malam belum melewati Semarang, yang berarti kami bergerak cukup lambat, itu tetap bisa kami nikmati. Karena dengan keterlambatan itu kami jadi bisa menikmati  Pekalongan di pagi hari saat toko-toko di sentra-sentra batik baru saja buka.

Yang unik, begitui melintasi Losari perasaan seperti sudah sampai di Bandung. Padahal perjalanan masih 6 - 8 jam lagi tergantung kondisi kepadatan lalu lintas. Rute jalur utara Surabaya - Bandung yang saat normal bisa ditempuh sekitar 14 jam, saat musim mudik bisa memakan waktu tempuh 24 jam. Itu rute yang berlawanan dengan arus mudik. Bisa dibayangkan berapa waktu tempuh dari Jakarta atau Bandung menuju Surabaya saat mudik di masa itu. Di masa sekarang waktu tempuh semakin pendek dengan tersambungnya jalan tol Trans Jawa.


Melalui Jalur Selatan Saat Balik ke Surabaya

Jika saat berangkat mudik menuju Bandung selalu memunculkan energi ekstra yang serta merta mengikis rasa lelah, perjalanan balik ke Surabaya akan terasa sebaliknya. Langkah yang berat seperti menyertai. Inilah yang menjadi pertimbangan kami mengambil jalur selatan saat balik ke Surabaya. Jalur jalan yang bervariasi, dengan pemandangan alam yang indah akan mengurangi tingkat kelelahan saat mengemudi. Berangkat pagi dari Bandung, istirahat di kawasan ciamis, siang menjelang sore kami sudah sampai di Jogja Palace Hotel (yang kemudian berganti nama jadi Jayakarta Hotel). Kami stop di sana, transit semalam menikmati Jogja. Hotel ini selalu jadi pilihan kami karena selain tarifnya relatif murah untuk ukuran hotel bintang 4, letaknya di ujung Jl. Laksda Adisucipto tidak jauh dari airport. Karena letaknya itu, ketika esoknya kami check out sudah langsung masuk ke Jalan raya Jogja - Solo.

Kami betul-betul menikmati Jogja. Kami datangi Kasongan hunting mebel antik. Jika ada yang menarik, kami order dan seminggu kemudian barang sudah sampai di rumah. Bagi kami Kasongan adalah tempat bertemunya kesukaan kami kepada barang antik dengan kondisi kantong kami yang tidak begitu tebal. Karena keterbatasan kondisi keuangan di satu sisi dan kesukaan kepada barang antik di sisi lain, maka kami lebih memilih mengkoleksi barang antik itu yang berupa mebel sehingga bisa diapakai sehari-hari bukan untuk jadi pajangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun