Mohon tunggu...
Kang Win
Kang Win Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kebersamaan dan keragaman

Ingin berkontribusi dalam merawat kebersamaan dan keragaman IG : @ujang.ciparay

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Niat yang Tidak Terucap dan Janji yang Terabaikan

21 Juni 2020   22:00 Diperbarui: 21 Juni 2020   22:05 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Niat itu adanya di dalam hati, diucapkan dengan lisan dan dilaksanakan dengan amal perbuatan. Tidak selalu niat itu diucapkan. Ada yang menganggap niat itu cukup dalam hati. Misalnya ketika hendak sholat ada yang cukup berniat dalam hati tapi ada juga yang melafalkanya berupa kalimah usholi. Ada niat yang sangat dianjurkan diucapkan dengan lisan. Misalnya ketika kita hendak berpuasa khususnya untuk puasa wajib.

Tentu saat ini saya tidak sedang mengulas tentang niat dalam konteks ritual ibadah seperti contoh di atas. Saya sangat tidak kompeten untuk melakukannya.

Tulisan ini sebatas mengulas niat-niat yang ingin dilakukan di waktu-waktu yang akan datang. Tentu niat yang baik. Hal-hal yang akan dilakukan dalam konteks kehidupan sosial ternasuk di dalamnya dalam berkeluarga.

Ada banyak niat yang terkumpul dalam hati saya. Sebagian besar niat itu masih bersemayan dalam hati, belum terucapkan.

Karena bagi saya niat itu, pertama, akan saya ucapkan (saya lisankan) ketika terbuka kesempatan bagi saya untuk merealisasikannya. Baik yang sangat dimungkinkan merealisasikannya saat itu juga. Misalnya saya punya niat menyantuni anak yatim secara rutin, maka saya akan langsung mengalokasikan sebagian penghasilan saya untuk kepentingan itu. Juga niat yang ketika merealisasikan niat itu harus melalui tahapan proses yang cukup panjang.

Yang kedua, saya menganggap niat yang sudah terucapkan adalah janji yang harus dilaksanakan. Yang menjadi persoalan, ketika saya banyak berucap niat, sementara kesempatan untuk merealisasikan niat itu belum ada.

Memang ajaran agama Islam misalnya, menyebutkan bahwa niat saja sudah mendapat pahala. Tanpa bermaksud mengesampingkan ajaran agama, bagi saya niat saja tidak cukup. Niat yang belum terucapkan, adalah janji dalam hati. Sedangkan niat yang sudah terucapkan adalah janji yang harus diprioritaskan pelaksanaannya.

Maka bagi saya baik niat dalam hati maupun niat yang sudah terucapkan, sama-sama merupakan hutang yang harus dilunasi.

Dengan tulisan ini saya ingin mengingatkan diri saya, betapa banyak hutang saya, hutang janji. Janji kepada diri sendiri, janji kepada anak istri, janji kepada orang tua, juga kepada yang lainnya. Banyak sekali. Bisakah saya merealisasikannya ? Hanya berpikir positif, menjaga tetap sehat, dan terus melangkah. Hanya itu yang bisa dilakukan. Selebihnya saya berserah diri kepada skenario Tuhan.

Tuhan, luaskanlah pandanganku, mudahkanlah langkahku dalam merealisasikan janji-janjiku.

Tuhan, ampuni aku atas niat yang tak sempat terucap dan janji yang terabaikan

Salam hangat


<Kang Win, Juni 21, 2020>

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun