Mohon tunggu...
Kang Win
Kang Win Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kebersamaan dan keragaman

Ingin berkontribusi dalam merawat kebersamaan dan keragaman IG : @ujang.ciparay

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pola Konsumsi di Tengah Pandemi

15 April 2020   05:00 Diperbarui: 15 April 2020   05:02 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Pandemi covid-19 yang tengah melanda dunia, secara nyata telah melahirkan ketidakpastian. Suatu kondisi yang terutama dipicu oleh tidak (belum) diketahuinya kapan pandemi ini akan berakhir.

Di Indonesia sendiri, kasus baru terkonfirmasi positif covid-19 terus bertambah dari hari ke hari dengan prosentase penambahan yang juga meningkat terus, dan belum menunjukkan tanda-tanda akan segera mencapai puncaknya.

Berbagai skenario, baik mengenai kapan puncak pandemi akan tiba, maupun skenario mengenai dampak ekonomi, telah dimunculkan oleh berbagai pihak. Salah satu skenario dampak ekonomi telah diungkapkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani. Menkeu RI itu mengungkapkan skenario dampak ekonomi pandemi covid-19 yang akan dialami baik global maupun nasional, dari skenario moderat (berat) maupun skenario lebih buruk (sangat berat).

Mengutif CNBC Indonesia 14 April 2020, secara umum skenario yang dikemukakan Menkeu adalah laju pertumbuhan ekonomi akan terkoreksi menjadi 2,3% pada skenario berat bahkan negatif pada skenario sangat berat. Pengangguran meningkat 2,9 juta orang pada skenario berat atau 5,2 juta orang pada skenario sangat berat. Orang miskin baru bertambah 1,1 juta orang pada skenario berat dan 3,7 juta orang pada skenario sangat berat. Inilah skenario yang meski itu sekedar skenario, tapi secara nyata dampak ekonomi tersebut telah dirasakan oleh masyarakat.

Bagi masyarakat kebanyakan, mungkin skenario-skenario yang muncul tidaklah menjadi konsumsi yang menarik. Selain karena skenario-skenario tersebut relatif sulit dicerna bagi sebagian besar masyarakat, mereka lebih disibukan dengan kekhawatiran-kekhawatiran. 

Setidaknya ada dua kekhawatiran terbesar bagi masyarakat dalam situasi pandemi ini. Kekhawatiran pertama adalah tentang covid-19 itu sendiri. Rasa keterancaman atas penularan penyakit itu kepada diri dan keluarganya. Sedangkan kekhawatiran lain, terutama menyangkut terancamnya ketercukupan kebutuhan hidup sehari-hari.

Dalam hal keterancaman atas penularan covid-19 ini, masyarakat haruslah percaya bahwa pemerintah sangat bersungguh-sungguh menangani pandemi ini. Baik itu menyangkut aspek medis maupun penanganan secara sosial.
Namun yang harus dipahami bersama adalah, setingkat apapun kesungguhan pemerintah dalam menangani pandemi ini, tidaklah berarti apa-apa bila tidak didukung oleh peran serta masyarakat secara masif. Sekarang ini kita sudah dalam kondisi luar biasa, sebagaimana Presiden sudah menyatakan pandemi covid-19 sebagai KLB.

Peran besar masyarakat dalam  pandemi ini antara lain dalam penyikapan secara positif terhadap ketidakpastian. Sikap positif dari seluruh masyarakat diyakini akan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap percepatan berakhirnya pandemi ini.

Sikap positif masyarakat bisa ditunjukan dalam bentuk pola konsumsi. Aktifitas panic buying yang sempat dilakukan sebagian masyarakat pada awal-awal pandemi, diyakini telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kenaikan harga kebutuhan pokok. Tentu kita sangat bersyukur bahwa aktifitas panic buying ini tidak terus berlanjut, sehingga meski meningkat, harga kebutuhan pokok tetap terkendali dalam tingkat kenaikan yang wajar.

Pola konsumsi yang terjaga adalah penting dalam kondisi ketidakpastian ini. Bagi kalangan menengah atas, meninggalkan kebiasaan mewah dan berlebihan dal hal konsumsi (makan minum) adalah bentuk nyata dari sikap positif ini. Dengan itu, kita bisa menekan pengeluaran, sehingga bisa mengurangi frekuensi dan jumlah penarikan dana dari perbankan misalnya. Yang patut untuk diingat, dalam situasi sekarang aktifitas bolak balik ke ATM misalnya, akan memicu kerawanan dalam bentuk kriminalitas, meski sejauh ini pihak keamanan dalam hal ini Polri dan TNI masih mampu mengendalikan situasi keamanan.

Bagi masyarakat menengah ke bawah, pengendalian pola konsumsi bisa dilakukan dengan penganeka-ragaman bahan pangan. Masyarakat padesaan yang hidup dalam kultur pertanian, bisa memanfaatkan aneka bahan pangan nabati yang tersedia dan mudah didapat, baik dengan menanan sendiri maupun dengan cara beli. Untuk kebutuhan protein, mengkonsumsi ikan (baik ikan air tawar, maupun hasil laut)  akan lebih murah daripada mengkonsumsi daging ataupun telor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun