Mohon tunggu...
Uwes Fatoni
Uwes Fatoni Mohon Tunggu... Peneliti kajian komunikasi, media, jurnalistik dan Islam Indonesia

Peneliti kajian komunikasi, media, jurnalistik dan Islam Indonesia. Pernah mengunjungi Amerika Serikat sebagai visiting Researcher di (UCSB (University of California at Santa Barbara) Amerika Serikat. Pengalaman menunaikan ibadah Haji Tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jarak Indonesia-Amerika Serikat itu Dekat Loh!

20 Januari 2014   02:37 Diperbarui: 4 April 2017   17:43 42094
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anda pasti bertanya apa maksudnya Indonesia-Amerika Serikat itu dekat? Berdasarkan jarak jelas jarak antara keduanya jauh. Perjalanan melalui udara menggunakan pesawat terbang saja menempuh jarak 14.440,78 KM dengan waktu yang dihabiskan di perjalanan hampir 18 jam.  Menggunakan kapal laut jaraknya bisa lebih jauh dan waktunya bisa lebih lama, bisa berminggu-minggu. Dari segi waktu, berdasarkan Greenwich Mean Time (GMT) waktu Time zone Jakarta itu +7 sedangkan California -8. Jadi perbedaan jam antara Jakarta (Waktu Indonesia Barat) dengan Los Angeles (Westside USA) mencapai 13 jam. Bahkan selisih dengan kota Santa Barbara tempat saya tinggal bisa setengah jam lebih lama, 13,5 jam. Sekalipun berdasarkan peta (lihat google map), Indonesia timur tepatnya pulau Maluku berbatasan dengan Los Angeles  Amerika. Namun penghalang antara keduanya bukan selat seperti antara Batam Indonesia dengan Singapura, bukan pula laut seperti antara Cilacap dengan Australia. Penghalang keduanya adalah Samudra Pasifik. Samudra terbesar se-dunia. (Iyalah samudra kan hanya ada dua, Pasific dan Atlantik). Jadi judul tulisan yang menyebutkan Indonesia-Amerika Serikat itu dekat pasti menurut anda salah. Kalau anda menghitung jarak berdasarkan fisika Newtonian yang melihat dimensi jarak itu berdasarkan waktu (time) dan tempat (space), maka memang benar Indonesia-Amerika itu jauh. Tapi, kalau anda menghitung dengan fisika Quantum Einstein, ditambah fasilitas teknologi informasi, maka jarak antara keduanya itu sangat-sangat dekat. Kok sampai bawa-bawa fisika segala kayak ilmuwan sains saja? OK, saya hanya menjumput sedikit ilmu dan diolah untuk mempertahankan judul tulisan ini. Ini bisa jadi benar, bisa jadi salah, tolong anda koreksi bila saya salah. Dalam fisika kuantum benda itu terdiri atas partikel, partikel terdiri atas atom dan atom terdiri atas subatom. Mereka pada hakekatnya adalah kumpulan gelombang-gelombanginformasi dan konsentrasi energi sebuah benda. Jadi tangan, mata atau laptop yang anda gunakan untuk membaca tulisan ini adalah tidak lain dari energi dan informasi. Yang membedakan anda dengan benda lain atau dengan orang lain adalah getaran frekuensi energinya. Salah satu energi yang terus bergetar dan menjadi urat nadi manusia adalah hati atau pikiran. Pikiran kita itu bergetar sama dengan seseorang yang kita sayangi atau kita cintai ketika bertemu. Getaran frekuensi energi pikiran kita itu ada dalam level yang sama dengan orang tersebut. Lalu apa kaitannya dengan jarak Indonesia-Amerika Serikat? Menurut Marshal McLuhan saat ini bumi sudah menjadi desa global (global village). Setiap orang tinggal seperti di sebuah desa buana yang bisa saling mengenal dan saling menyapa dengan mudah. Apa yang menjadikannya mudah? tentu saja teknologi: televisi, radio, internet, dan telephone. Peristiwa  yang terjadi di Indonesia dalam waktu yang hampir bersamaan (sekalipun ada delay beberapa detik) bisa saya ketahui melalui media massa online. Saya bisa melihat berita tentang bencana banjir yang menerjang Jakarta atau meletus Gunung Sinabung di Sumatra Utara langsung melalui media konvergen (koran online : okezone.com, kompas.com, republika.co.id; atau TV streaming : http://www.tvonenews.tv/streaming, http://www.rcti.tv/streaming dll). Saya juga bisa menikmati kuliah subuh Aa Gym yang dipancarkan lewat radio streaming (stradio.net) langsung dari Masjid Daarut Tauhid Gegerkalong Bandung secara langsung. Sekalipun ada perbedaan waktu ketika mendengarnya. Di Masjid DT acara kuliah subuh waktu menunjukkan jam 5 pagi sedangkan di waktu yang bersamaan saya di Santa Barbara menikmatinya jam 2 siang. Saya juga bisa mengikuti nasihat Mario Teguh, KH. K. H. Muhammad Arifin Ilham, Ustad felix Shiaw atau guru saya Prof. Afif Muhammad, itu berkat facebook.

1390158913524842470
1390158913524842470

1390158944154923224
1390158944154923224
Jadi, betapa saya merasa dekat dengan Indonesia, sekalipun berada di sebuah kota yang sampai hari ini saya tidak menemukan orang Indonesia satu pun (katanya ada tapi saya belum bertemu, termasuk waktu shalat Jum'at kemarin). Anda juga bisa menikmati tulisan saya ini  lewat facebook, memberi tanda like atau memberi komentar dan saya mengomentari balik itu juga merupakan bentuk kedekatan di antara kita. Kita merasa dekat karena ada kesamaan getaran frekuensi energi di antara kita. itulah yang disebut fisika quantum menurut saya. Jadi, judul tulisan di atas tidak salah kan? hehe... Tujuan tulisan saya ini bukan mau bercerita tentang kedekatan yang bersifat luas seperti disebutkan di atas, tapi kedekatan yang lebih intim yang saya alami dengan keluarga. Jarak antara dua negara yang berjauhan ini tidak menghalangi saya merasa dekat dengan mereka. Teknologi membantu saya untuk terus menjalin silaturahmi, mendekatkan diri dengan orang-orang yang saya cintai tersebut. Facebook mendekatkan saya dengan mereka. Saya merasa dekat dengan istri saya Leni Tresnawati, anak-anak saya : Abang Syamil Irfan Fatoni dan Dede Fadhil Aiman Fatoni ya berkat facebook. Saya bisa bercengkrama dengan Kakak Ipar Aang (Alfi Syah), Pipih Hopipah -mpih, Ade (Viets VithrahSa'adah) dan Eva (Ariev Thea) juga lewat facebook. Jadi, tiap hari saya bisa menyapa mereka lewat facebook, memberitahu mereka kabar-kabar terkini di tempat saya tinggal di Santa Barbara atau di University of California UC Santa Barbara tempat saya menjadi visiting research scholar. Teknologi lain yang mendekatkan saya dengan mereka adalah Whatsapp. Aplikasi sending messages multi platform yang gratis ini (untuk tahun pertama, tahun berikutnya katanya harus bayar) membantu saya berhubungan secara real dengan mereka karena bisa menggunakan nomor Handphone. Pengiriman pesan lewat whatsapp lebih bersifat personal, rahasia dan aman. Saya bisa mengirim pesan dalam bentuk text, gambar, atau video. Beberapa kali saya bisa mudah mendapat dokumen di rumah dengan dikirimi fotonya lewat aplikasi ini. Hanya kekurangannya aplikasi ini sering kali membuat kita mengalami delay communication. Kita mengirim pesan pertanyaan, tapi sering kali harus menunggu  jawabannya cukup lama dari orang yang kita kirimi pesan tersebut.

1390160067675124626
1390160067675124626
Terakhir teknologi yang membantu saya merasa dekat dengan Indonesia adalah "Google Hangout" dan "Skype". Kedua program internet ini saya manfaatkan untuk video call secara gratis. Kelebihan Google hangout adalah fiturnya yang tidak berbatas atau kita bisa melakukan pesta video call dengan lebih dari tiga orang. Jadi dalam waktu bersamaan kita bisa teleconference dengan beberapa orang sekaligus. Tapi kelemahannya, Google Hangout tidak stabil. Saya beberapa kali harus gigit jari karena tidak bisa terhubung dengan istri padahal tanda bahwa kita online di Google hangout terlihat. Akhirnya saya beralih ke Skype. sebuah program video call yang sudah ada sebelum Google Hangout dan memang mengkhususkan diri untuk video call. Ketika istri, atau saudara-saudara saya terlihat online di Skype, saya bisa menghubungi mereka dengan langsung. Saya mensetting penerimaan panggilan menjadi otomatis. Bila mereka menelpon lewat skype, program di laptop saya langsung menerimanya tanpa harus menunggu saya mengklik tombol terima. Melalui Skype saya benar-benar merasa dimanjakan. seperti yang saya alami kemarin, Saya bisa melihat dan mendengar secara langsung acara ulang tahun yang dihadiri oleh Syamil, anak saya di Bandung.

13901600011540280154
13901600011540280154
Sayangnya Skype menuntut perangkat yang kita gunakan harus terhubung dengan jaringan internet secara stabil. Istri saya menggunakan Smartphone Samsung dengan langganan data internet telkomsel. Sayang jaringan 3G Telkomsel di rumah ibunya di Cikutra Bandung tidak stabil. Jaringan Speedy di rumah saja saya sering gangguan. Sampai hari ini speedy di rumah saya diblokir oleh Telkom, gara-gara telat bayar. Setelah dibayar, 2 hari kemudian tetap juga belum aktif lagi. Kalau di Amerika Serikat jaringan internet sangat stabil bahkan sudah memasuki 4G LTE. Saya berlangganan telepon provider AT & T yang menjanjikan kecepatan akses 4G. Sayang HP blackberry atau Samsung Tablet 7+ saya tidak kompatibel dengan jaringan LTE  alias masih 3G. Tapi walau begitu ketika akses internet sangat terasa cepat dan stabil. Selain akses internet melalui provider telepon, saya juga mendapat akses gratis di kampus UCSB NetID dan akses Wifi di rumah tempat tinggal. Kecepatannya weuh... luar biasa : 4 Mbps (Mega Bite perdetik). Jaringan speedy saya di rumah Cijambe  yang langganannya cukup mahal kecepatan maksimal hanya 120 kbps (kilo bite per detik). Jadi perbedaannya hampir 30 kali lipat (1 Mega bite = 1000 kilo bite). Memang wajar Amerika lebih maju dalam teknologi internet karena mereka sangat konsen dengan perkembangan teknologi. Berbeda dengan Indonesia yang sampai hari ini masih di jaringan 3G, katanya mau masuk ke 4G tapi terhambat oleh regulasi. Balik lagi ke Skype. Skype juga bisa digunakan melalui facebook. Kalau anda kirim pesan difacebook bisa dilihat sebelah kanan kotak pesan ada icon video kamera. Tinggal klik anda sudah bisa menggunakan Skype dari facebook. Untuk beberapa program internet explorer memang butuh add on, tapi kalau anda menggunakan Google Chorme video langsung terbuka. Dengan aplikasi video call Skype saya lebih mudah menghubungi orang-orang  yang saya cintai selama mereka memiliki akses internet. Sudah 3 hari ini saya memanfaatkan Skype untuk ngobrol panjang lebar. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang tidak punya akses internet, tentu saja saya tidak bisa menghubungi mereka. Mamah saya di Sukamanah Tasikmalaya hanya punya HP nomor telkomsel, tanpa langganan data internet. Untuk menghubunginya saya minta kakak saya yang sudah biasa video call untuk mengajak beliau datang ke rumahnya di Cibodas agar bisa video call. Tapi ini kelihatannya susah  dan ribet karena jarak antara rumah ibu saya dan rumah Teh pupu yang jauh. Ibu saya harus naik angkutan umum untuk bisa sampai ke Cibodas. Demikian juga adik saya di Kebumen, HP-nya hanya bisa nelepon. Katanya, di Kebumen jaringan internet 3G telkomsel sangat buruk jadi rugi kalau mau langganan paket data telkomsel. Hal yang sama juga dialami T'eh Iah di Bandung. Di Panyileukan Bandung tempatnya tinggal jaringan 3G Telkomsel juga tidak stabil. Jadi saya tidak bisa menghubungi mereka lewat internet. Saya sendiri  tidak mau menghubungi mereka menggunakan telepon nomor Simpati Telkomsel yang sama bawa ke USA. Nomor HP Simpati  memang bisa menerima sinyal melalui jaringan AT & T di sini, tapi biaya menggunakan fasilitas telkomsel sangat-sangat-sangat mahal. Saya isi pulsa 50 ribu, langsung habis hanya untuk mengirim 5 sms atau menelpon 1 menit ke Indonesia. Kalau di Bandung beli pulsa 50 ribu itu bisa satu bulan (sering pake Talkmania sih, jadi sms dan telepon sesama telkomsel lebih murah). Jadi saya kapok pake Telkomsel di Amerika karena 1 sms itu Rp 9.000 dan 1 menit nelepon Rp 45.000. Saya pernah beli pulsa 50 ribu, ada sms masuk dari mahasiswa yang nanya tentang bimbingan akademik, mereka perlu tandatangan saya di KRSnya. Saya tanpa sadar menjawab pertanyaan mereka layaknya sms-an di Bandung. Pas saya sadar sudah mengirim sms 5 kali, saya cepat-cepat cek pulsa. Sudah bablas. Hadeuh..  Saya akhirnya kapok pake sms. Saya hanya menerima sms yang masuk. Kalau anda mengirim sms ke nomor telkomsel saya biayanya tetap biaya Indonesia, murah. Saya googling lagi. Saya cari cara sms gratis  ke Indonesia menggunakan internet. Saya temukan sms gratis http://www.sms-online.web.id. benar-benar gratis, tapi sms yang sampai ke tujuan tidak tercanmtum nomor punya kita, tapi nomor hp dari server yang menyediakan fasilitas tersebut. Ada kekurangan pake sms gratis ini, yaitu : kita tidak bisa tahu apakah pesannya sampai atau tidak, orang yang kita kirimi tidak tahu harus membalas ke mana karena kalau dibalas ke nomor yang sama tidak akan sampai ke saya, dan nomor yang kita kirimi rentan kena iklan dari web yang kita kirimi pesan. Jadi saya tidak menganjurkan anda menggunakan sms gratis ini.

13901599551643882137
13901599551643882137
Saya googling lagi dan menemukan info bahwa ternyata Skype juga bisa digunakan untuk menelpon ke hp tanpa hp tersebut ada jaringan internet. Kita hanya diminta untuk membeli kredit (semacam pulsa kalau di Indonesia). Biayanya cukup murah hanya 5 cent per menit (1 dollar = 100 cent) berarti setiap 1 dollar saya bisa nelepon 20 menit. Ini artinya kalau dihitung $1 = 20 menit, dirupiahkan $1 itu sama dengan Rp 12.000 berarti tiap 1 menit menelpon saya hanya membayar Rp 600.  Saya hanya diminta membeli kredit minimal 10 dolar (120 ribu) menggunakan kartu kredit. Ah Gampang kebetulan saya punya kartu kredit BNI langsung klik, klik, klik jadi tercantum di akun skype saya punya kredit $10 untuk nelepon 200 menit. Bandingkan dengan membeli pulsa Telkomsel 120 ribu  hanya bisa dipakai nelepon 2,5 menit kurang. Jauh banget kan. Setelah punya kredit Skype itu saya lalu menghubungi mamah di Sukamanah Tasikmalaya  lewat handphonenya selama 40 menit, menelpon Ihsan di Kebumen 20 menit, menelpon T Iah di Panyileukan Bandung 20 menit dan menelpon istri di Cikutra 10 menit. Total sudah 100 menit saya menelpon. Saya cek sisa kreditnya, ternyata masih ada 5 dolar. Aha.... ternyata saya hanya menghabiskan 60 ribu untuk bercengkrama, menanyakan kabar dan berbagi kisah dengan keluarga.  Terima kasih skype yang telah menghubungkan saya dengan orang yang saya cintai dan sayangi. Alhamdulilah ternyata jarak antara Indonesia dan Amerika itu dekat. Anda masih belum percaya silahkan coba sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun