Mohon tunggu...
teteh ...
teteh ... Mohon Tunggu... sekretaris dogen ring Chatay Pasific....

yeeee...Taen juara iii lomba makan kerupuk ring sekolah, Taen man penghargaan ring magic chess go go dadi "community star"......taen juara harapan lomba baca puisi SMK ring Bali. Taen dadi juara iii lomba lari 100 meter Porseni ring Jatim...

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ironisnya...... Melankolis...

23 September 2025   04:33 Diperbarui: 23 September 2025   04:33 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary Jurnalis: Antara Lagu dan Realita
Jumat, 26 September 2025
Saya duduk di depan laptop malam ini, dengan lagu-lagu Ronan Keating mengalun pelan di latar belakang. Ironisnya, alunan melankolis itu malah membuat kontras tajam dengan apa yang sedang saya kerjakan: berita tentang krisis pendanaan UNRWA. Alih-alih lagu cinta yang tulus, saya mendengar lirik "When you say nothing at all" seolah-olah ditujukan kepada dunia yang membisu melihat penderitaan pengungsi.
Laporan terbaru menunjukkan bahwa kekurangan dana mencapai titik kritis. Tidak hanya program pendidikan dan kesehatan, tetapi juga program air bersih dan sanitasi di kamp-kamp. Saya membayangkan ribuan keluarga yang harus berjuang mencari air bersih di tengah ancaman penyakit. "Life is a roller coaster," pikir saya, teringat lagu hitsnya. Tapi bagi mereka, ini bukan sekadar naik-turun emosi; ini adalah perjalanan yang penuh ketidakpastian dan ancaman nyata terhadap hidup mereka.
Saya teringat obrolan saya dengan Ahmed kemarin. Suaranya, meskipun jauh, terdengar begitu tulus. Dia tidak meminta belas kasihan, hanya perhatian. Dia hanya ingin dunia tahu bahwa mereka ada dan bahwa mereka membutuhkan bantuan. Itu membuat saya berpikir tentang lirik "If Tomorrow Never Comes." Bagi pengungsi Palestina, besok memang penuh ketidakpastian. Apakah sekolah akan tetap buka? Apakah ada makanan di piring? Apakah bantuan akan tiba?
Lagu-lagu yang saya dengar terasa seperti komentar yang menyakitkan pada situasi ini. Romantisme di dalam liriknya terasa sangat jauh dari kenyataan keras di lapangan. Namun, entah mengapa, itu juga memberikan motivasi. Jika sebuah lagu bisa menyentuh hati jutaan orang, mungkin cerita-cerita nyata tentang para pengungsi ini juga bisa.
Tugas saya tidak hanya melaporkan fakta, tetapi juga membuat dunia merasakan apa yang terjadi di sana. Saya harus terus menulis, karena ketika ada suara yang berani, mungkin dunia tidak akan "say nothing at all."

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun