Mohon tunggu...
MUSHOFA
MUSHOFA Mohon Tunggu... Guru - KHODIM PP. DAARUL ISHLAH AS-SYAFI'IYAH TANAH BUMBU KALSEL

Hobby Baca Buku-Buku Islami Klasik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Agama Tidak Mempersulit Manusia

7 Desember 2022   16:00 Diperbarui: 7 Desember 2022   16:06 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

AGAMA TIDAK MEMPERSULIT MANUSIA

Dalam kajian ini saya berangkat dari hadits Nabi Saw. yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah sebagai berikut:

: : ( )

"Dari Abi Hurairah yaitu Abdurrahman bin Shakhr r.a. Beliau berkata: "Saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda": Apa yang aku larang untuk kalian, maka jauihilah, dan apa yang aku perintahkan kepada kalian, maka kerjakanlah semampu kalian, sesungguhnya binasanya orang-rang sebelum kalian itu disebabkan karena banyaknya pertanyaan dan penentangan terhadap nabi-nabi mereka." (H.R. Bukhari)

Dalam hadis di atas terlihat ada dua garis besar ajaran di dalam agama kita yaitu larangan dan perintah. Jika larangan berarti harus ditinggalkan, dan jika perintah berarti harus dijalankan. Dari dua ajaran ini memunculkan empat hukum yaitu : Nahyu Tahrim (larangan yang bersifat haram), Nahyu Karohah (larangan yang bersifat makruh, Amru Ijab (perintah yang bersifat wajib), dan Amru nadb (perintah yang bersifat sunnah).

Kemudian, apakah setiap yang dilarang itu seterusnya haram atau makruh? jawabannya tidak. Dalam kondisi darurat misalnya, maka yang semula haram bisa menjadi boleh, karena dalam hadis Nabi Saw di atas mengatakan "ma istato'tum" (semampu kalian), artinya jika dalam situasi dimana kita tidak mampu mampu meninggalkan larangan, maka larangan itu menjadi boleh. Ini yang kemudian melahirkan rumusan fikih:

"Darutat membolehkan sesuatu yang dilarang"

Contohnya: Bangkai hukumnya haram, dalam kondisi darurat menjadi halal. Legitimasi ini juga disahkan oleh Allah dalam firman-Nya:

"Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah . Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Q.S. Al-Baqarah: 173)

Begitu juga perintah, apakah perintah harus dilaksanakan secara maksimal? jawabannya juga tidak. Karena Nabi Saw dalam hadis mengatakan "semampumu", artinya dalam kondisi sulit, kewajiban itu bisa menjadi mudah. Inilah yang kemudian memuncukan formulasi fikih:

"Kesulitan itu bisa melahirkan kemudahan"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun