Mohon tunggu...
Kangmas Hejis
Kangmas Hejis Mohon Tunggu... lainnya -

Pembelajar saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apa Untungnya Kita Ikut Terlibat Konflik Anas?

9 Januari 2014   09:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:00 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1389237475292874651

Anas Urbaningrum memang hebat. Dia dari orang biasa kemudian menjadi ketua organisasi kemahasiswaan. Lalu menjadi anggota KPU. Lalu menjadi ketua umum partai penguasa.

Namanya juga sangat seksi sebagai komoditas berita. Setiap pernyataannya dikutip oleh media. Lalu khalayak terpana, terkesima, dan ikut nyemplung ke irama yang dimainkannya. Di jagat maya, Anas tak kalah terkenalnya. Di mesin pencarian Yahoo tersedia 118 ribu dan di Google, misalnya, disuguhkan 3.260.000 tulisan tentang Anas. Belum lagi hashtag di Twitter atau penyebutan namanya di Facebook dan di website/blog. Top-markotop pokoknya.

Anas juga pintar. Ia pintar melemparkan issue yang dalam sekejap akan dikunyah oleh khalayak. Diksi-diksi dan terminologinya terpilih, analisisnya dipersiapkan dengan matang. Kilah dan argumentasi juga sudah disiapkannya sebelum orang mempertanyakan apa yang diucapkannya. Ia juga pintar memasang personel yang bertugas untuk melepas amunisi-amunisi yang akan melumpuhkan lawan-lawan politiknya.

Satu lagi kehebatan Anas adalah ia pandai menempatkan posisinya ketika menyandang status tersangka tindak pidana. Saya kira jarang terjadi di negara lain seorang tersangka kasus pidana (korupsi) dapat melanggang kesana- kemari dengan bebas. Anas dengan bebasnya juga dapat melemparkan issue-issue politik yang panas. Pandainya lagi, ia dapat mendirikan organisasi kemasyarakatan (PPI) yang tak kalah panasnya hingga membuat gerah pengurus Partai Demokrat.

Bak gayung bersambut, perilaku Anas di ranah publik mendapat tanggapan publik secara meluas. Publik sendiri memberikan aneka-ragam tanggapan, ada yang terheran-heran karena pernyataan Anas, ada yang mendukungnya, dan ada pula yang menentangnya. Aras perpolitikan nasional ikut diwarnai dengan konflik yang dikembangkan Anas.

Konflik Anas vs. Cikeas

Perjuangan kepentingan sebagai inti dari adanya konflik dalam kasus Anas menjadi issue sentral konflik Anas dan Cikeas. Dalam tulisan ini yang dimaksud Cikeas adalah SBY dan pihak-pihak yang sama kepentingannya dengan SBY, terutama lingkaran dalam Partai Demokrat. Perjuangan kepentingan oleh Anas mulai menguat ketika Nazarudin, mantan Sekjen Partai Demokrat membuat pernyataan tentang tokoh-tokoh yang terlibat dalam beberapa kasus korupsi yang disangkakan kepada Nazarudin. Salah satu tokoh yang disebut Nazarudin adalan Anas Urbaningrum.

Sejak itu konflik Anas dan Nazarudin meluas yang menyebabkan Anas terdepak dari kursi Ketua Umum Partai Demokrat dan digantikan oleh SBY sendiri. Pergantiannya sebagai ketua umum itulah yang menjadi issue sentral konflik Anas dan Cikeas pada hari-hari berikutnya.

Dalam konteks konflik Anas, turunnya Anas itu membelah kubu Partai Demokrat menjadi kubu Anas dan kubu Cikeas. Seolah genderang perang sudah ditabuh (entah siapa yang menabuh terlebih dulu), maka berseliweranlah pernyataan Anas dan kubu Cikeas. Namun, tampaknya kubu Anaslah yang lebih sering melepaskan amunisi dalam konflik itu. Tak terhitung banyaknya pernyataan Anas yang dipersepsi oleh kubu Cikeas sebagai hal yang mendiskreditkan SBY dan kubunya.

Pada serangan terbaru kubu Anas melemparkan “rudal” berupa tuduhan melalui Ma’mun Murod yang mengatakan bahwa Denny menemani Wakil Ketua KPK Bambang Widjoyanto pergi ke Cikeas bertemuSBY. Ma'mun mencurigai pertemuan sehari sebelum pemeriksaan Anas kemarin bukti bahwa KPK mempolitisasi kasus Anas (Merdeka.com, 8/1/2014).

Langsung rudal ini membuat kalang kabut Denny dan Bambang yang serta-merta membantahnya. Denny akan melaporkan Ma’mun ke polisi jika tidak meminta maaf secara terbuka dalam waktu 1x24 jam. Bambang membantah bahwa pada waktu yang disebutkan itu ia sedang shalat subuh di masjid dekat rumahnya.

Perspektif konflik

Membedah konflik sosial tanpa menengok perspektif konflik secara akademis akan terasa tanpa landasan. Konflik dalam sistem sosial merupakan instrumen untuk perubahan sosial, demikian para sosiolog seperti Karl Marx, Georg Simmel, Lewis Coser dan Ralph Dahrendorf yang merupakan para tokoh terkemuka dalam teori konflik.

Singkatnya, masyarakat akan bergerak maju karena adanya konflik-konflik dalam masyarakat. Konflik, dalam batas tertentu, menjadi penggerak berubahnya masyarakat dari kondisi yang belum memuaskan ke arah kondisi yang lebih baik bagi masyarakat.

Konflik terjadi karena adanya kesenjangan kepentingan antarberbagai elemen dalam masyarakat. Masing-masing elemen berupaya agar kepentingannya diwujudkan padahal terdapat perbedaan antarelemen itu. Maka, terjadilah konflik.

Konflik akan bermanfaat bagi kedua elemen yang bertikai itu dan masyarakat secara keseluruhan tergantung pada issue sentral yang dipertikaikan. Apabila issue sentral itu berkenaan dengan hajat hidup orang banyak, maka konflik akan bermanfaat. Dan sebaliknya.

Namun, ada prasyarat agar konflik menjadi bermanfaat bagi semua pihak yakni adanya kesadaran terhadap kebenaran bukan hanya dari diri sendiri melainkan juga dari pihak lawan konflik atau pihak ketiga. Selain itu, konflik mesti terarah pada substansi dan topik yang dikonflikkan, bukan melebar ke mana-mana yang tanpa ujung.

Apa manfaat konflik Anas vs. Cikeas bagi khalayak?

Dalam konflik Anas vs. Cikeas kita tidak diyakinkan pentingnya issue sentral yang digulirkan kubu Anas sebagai pihak yang sering melontarkan serangan terhadap kubu Cikeas. Pada kasus terbaru yang digulirkan kubu Anas cuma mangkirnya Anas dari panggilan KPK karena kubu Anas protes soal redaksional yang digunakan KPK dalam sprindik. Dalam sprindik itu ada kata 'mengenai proyek-proyek lain' yang disebut kalimat tak jelas dalam penegakan hukum oleh Anas.

Sadar atau tidak, kubu Anas juga telah menambah medan konflik dengan menuduh Bambang Wijoyanto, Denny Indrayana bersama-sama mengunjungi Cikeas yang merupakan kediaman SBY. Di sini konflik bertambah lawan dengan melibatkan kembali SBY dan Denny serta Bambang, baik sebagai pribadi maupun personel dari sebuah institusi yakni Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia dan Komisi Pemberantasan Korupsi. Kubu Anas telah menciptakan blunder dengan merambah arena konflik dan memperbesar urusan yang temeh-temeh menjadi amunisi.

Lalu apa untungnya dan manfaatnya bagi kita sebagai khalayak terhadap konflik Anas vs. Cikeas itu? Berbulan-bulan khalayak seperti berebut pepesan kosong. Dikiranya pepesan itu berisi ikan pindang yang dibumbui parutan kelapa dan rempah-rempah yang gurih dan pedas serta nikmat, ternyata isinya kosong.

Keterlibatan khalayak tentu sah-sah saja. Kedua kubu merupakan tokoh-tokoh politik nasional yang menggaungkan wacana-wacana politik yang panas. Apalagi menjelang pemilu di mana partai-partai pesaing berlomba-lomba mendapatkan kartu truf dari konflik tersebut sebagai modal untuk mendulang suara di pemilu yang sebentar lagi akan dihelat. Di samping itu, sosok Anas sebagai newsmaker selalu menghiasi layar kaca dan laptop serta halaman pertama media cetak.

Yang ingin dikatakan di sini adalah bahwa khalayak hendaknya dapat memposisikan diri antara sebagai pengamat dan sebagai aktor yang terlibat. Sebagai pengamat, khalayak dapat mengambil keuntungan dengan pelajaran politik praktis dari proses konflik itu sendiri. Sedangkan sebagai aktor yang terlibat, khalayak tidak jelas apa keuntungan dan manfaatnya dengan melibatkan diri dalam konflik itu. Khalayak sering terlibat dalam bentuk mendukung, memperdebatkan, bahkan melahirkan pernyataan yang kontraproduktif bagi khalayak itu sendiri maupun publik seluruhnya.

Namun, di balik itu semua saya kembalikan lagi kepada khalayak peran apa yang mau diambil dalam konflik Anas ini. Tulisan ini sekadar satu sudut pandang dari ribuan sudut pandang lainnya. Take it or leave it… ^_^


Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun