Mohon tunggu...
Imam Maliki
Imam Maliki Mohon Tunggu... Wiraswasta - Manusia yang ingin berbuat lebih, melebihi rasa malas

Entrepreneur

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Andai Kampanye Edukatif Semasif Kampanye Pilkada

8 Mei 2018   10:42 Diperbarui: 8 Mei 2018   10:49 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (Gehanghofari.blogspot.com)

Di Jawa Timur dan daerah lainnya yang lagi punya hajat Pilkada pasti lagi merasakan suasana yang berbeda dengan sebelumnya. Poster, baliho, kalender, stiker, kartu nama semua seperti terfokus pada sosok yang lagi memperebutkan kepala daerah.

Seperti biasa menjelang shubuh saya terbangun. Duduk sebentar sebelum beranjak ke kamar mandi. Di kaca rias ada stiker Khofifah dan Emil.  Mau sholat shubuh di almari dekat mushola tertempel stiker  Saifullah Yusuf (Gus ipul).  Setelah sholat shubuh duduk di ruang tamu, sambil menyeruput wedang kopi, di meja sudah ada kalender Gus ipul dan mbak puti, yang baliknya terdapat lukisan kupu-kupu karya anak-anak. Tidak lama kemudian, anak bangun tidur mengajak jalan-jalan pagi, sambil mencari onde-onde hangat, melewati deretan rumah yang pintunya tertempel stiker Gus ipul dan mbak puti.

 Jam menunjukkan pukul 6.30 waktunya mengantarkan anak sekolah, berjarak 7 km dari rumah. Sepanjang jalan umbul-umbul dan baliho Gus ipul dan Khofifah tersenyum ramah menyapa. Melewati beberapa balai desa, gambar Gus Ipul dan mbak puti semakin besar. Setelah mengantarkan sekolah, mampir sebentar ke warung gorengan sekedar numpang membaca Koran nasional, membuka 1 halaman ketemu lagi dengan berita gus ipul dan Khofifah.

Massif sekali kampanye pilkada kali ini. Nyaris tak tersisa ruang bebas pandangan dari para calon. Ya, bisa di maklumi, mereka adalah pemimpin Jawa Timur 5 tahun kedepan. "Aneh sekali kalau 5 tahun kedepan rakyat jawa timur tidak tau pemimpinnya, oleh karena itu harus dikenalkan dengan gencar" kata mas Arif, petugas PPS desa Tulus Ayu Tumpang. Biaya pilkada memang mahal, jika di kalkulasi akan sulit balik modal uang untuk kampanye dengan gaji yang di terima ketika jadi pemimpin daerah. Itu salah satu pemicu tindakan korupsi. Tapi penulis tidak akan membahas tentang itu.

                KAMPANYE EDUKATIF

Penulis berandai-andai jika kampanye edukatif se massif kampanye pilkada, mungkin Indonesia akan lebih baik. Misal saja, ajakan untuk menjaga kebersihan di kampanyekan secara simultan dan massif. Tidak akan tercecer sampah di pinggir jalan, tidak akan berwarna-warni sungai karena sampah plastic, tidak akan kerepotan pemerintah Bali dengan sampah yang tercecer di pinggir pantai, tidak akan banjir karena selokan tersumbat di kota-kota besar.

Di Malang, terutama di desa saya pengolahan sampah terpadu dengan menyediakan bak-bak sampah masih 3 tahun ini berjalan. Program itu secara signifikan berhasil mengurangi tercecernya sampah di pinggir jalan. Sungai juga terlihat semakin bersih. Meskipun pada awalnya ada penolakan dari warga, karena ada iuran Rp. 10.000 per bulan untuk kebersihan.

Di beberapa titik seperti di selokan, di pinggir sungai terdapat larangan membuang sampah di sembarang tempat. Jika kampanye kebersihan yang berbayar dengan beberapa anjuran edukatif untuk tidak membuang sampah sembarangan itu berhasil. Penulis tidak bisa membayangkan jika kampanye edukatif itu semassif kampanye pilkada.

Ada beberapa poin keprihatinan penulis sebagai warga Negara. Beberapa di antaranya : lemahnya kesadaran masyarakat membuang sampah pada tempatnya, lemahnya masyarakat terutama birokrasi berpikir kreatif, lemahnya kesadaran masyarakat menjalankan agamanya, lemahnya pemahaman masyarakat tentang pendidikan keluarga, rendahnya kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup sehat, masih maraknya perburuan satwa, kriminalitas yang masih tinggi dan lainnya.

Jika gerakan meminimalisir poin-poin di atas dilakukan dengan massif, penulis yakin Indonesia akan muncul generasi unggul dan masyarakat akan sejahtera. Suatu saat penulis yakin kampanye pilkada tidak harus membanjiri masyarakat dengan baliho dan spanduk. Cukup dengan tindakan nyata sebelum momentum pilkada.

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun