Mohon tunggu...
Kang Aska
Kang Aska Mohon Tunggu... UIN K.H. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN

Halo nama saya Ahmad Sa'id Al-Karim biasa di panggil Aska. Hobi saya menggambar, traveling dan merangkai kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Kebahagiaan Menjadi Beban Bagi Orang Lain

2 September 2025   06:55 Diperbarui: 2 September 2025   06:55 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Kebahagiaan adalah milik mereka yang selalu mensyukuri sebuah nikmat.

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang tentu pernah merasakan momen bahagia. Kebahagiaan bisa hadir melalui pencapaian pribadi, keberuntungan yang datang tiba-tiba, atau sekadar hal-hal sederhana yang membuat hati terasa lega. Namun, tidak jarang kebahagiaan yang kita alami justru menimbulkan rasa tidak nyaman bagi orang lain. Ada orang-orang yang tampak tidak senang, bahkan menunjukkan sikap sinis terhadap apa yang kita raih. Fenomena ini bukan sesuatu yang aneh, karena perasaan manusia memang sangat kompleks dan seringkali dipengaruhi oleh faktor emosional maupun lingkungan sekitar.

Salah satu alasan utama mengapa seseorang tidak senang melihat kebahagiaan orang lain adalah rasa iri hati. Iri muncul ketika seseorang membandingkan hidupnya dengan hidup kita. Mereka merasa bahwa pencapaian yang kita miliki seharusnya juga menjadi milik mereka. Selain itu, ada pula perasaan rendah diri yang membuat sebagian orang tidak mampu menerima keberhasilan orang lain. Alih-alih menjadikan pencapaian orang lain sebagai motivasi, mereka justru merasa tertinggal dan kecewa dengan dirinya sendiri. Dalam jangka panjang, sikap ini dapat melahirkan kebencian tersembunyi yang ditunjukkan melalui komentar meremehkan atau sikap dingin.

Dampak psikologis dari sikap seperti ini bisa dirasakan oleh kedua belah pihak. Bagi orang yang merasa tidak suka, mereka akan sulit merasa puas dengan kehidupannya karena terus menerus membandingkan diri dengan orang lain. Hal ini bisa menimbulkan stres, rasa kecewa, dan perasaan tidak pernah cukup. Sementara itu, bagi kita yang menjadi sasaran, sering muncul rasa tidak nyaman ketika ingin berbagi kabar bahagia. Bahkan, sebagian orang akhirnya memilih untuk menyembunyikan kebahagiaan mereka karena takut menimbulkan kecemburuan atau komentar negatif. Padahal, kebahagiaan seharusnya menjadi energi positif yang bisa menular, bukan malah menimbulkan jarak.

Menghadapi orang yang tidak senang dengan kebahagiaan kita tidak selalu harus dilakukan dengan perlawanan. Ada beberapa sikap bijak yang dapat kita terapkan. Pertama, tetaplah rendah hati dan jangan berlebihan dalam menunjukkan kebahagiaan, terutama di depan orang-orang yang kita tahu mudah merasa iri. Kedua, pilihlah lingkungan yang suportif, yaitu orang-orang yang tulus merasa senang dengan kebahagiaan kita. Ketiga, fokuslah pada diri sendiri tanpa membiarkan sikap orang lain merampas hak kita untuk bahagia. Dan terakhir, jadikan sikap tidak suka dari orang lain sebagai motivasi untuk terus bersyukur, bukan sebagai alasan untuk meragukan diri.

Kebahagiaan sejati tidak diukur dari seberapa banyak orang lain mengakuinya, tetapi dari seberapa dalam kita mampu mensyukuri apa yang telah dimiliki. Akan selalu ada orang yang tidak senang melihat kebahagiaan kita, dan itu adalah hal yang wajar dalam kehidupan sosial. Yang terpenting adalah bagaimana kita menjaga hati agar tidak larut dalam komentar negatif, tetap membagikan energi positif, serta menjalani hidup dengan tulus. Dengan begitu, kebahagiaan kita akan tetap terjaga, meskipun ada sebagian orang yang merasa terganggu olehnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun