Selain berasal dari keterangan yang disampaikan oleh para utusan (Nabi dan Rasul) yang kemudian didokumentasikan dalam kitab suci, Tuhan masih memiliki ragam cara untuk menyampaikan ayat-ayat kekuasaan-Nya kepada seluruh makhluk-Nya. Salah satunya adalah dengan apa yang telah Dia ciptakan di alam semesta.
Begitu luas, megah dan luar biasanya semesta yang telah Dia ciptakan seharusnya sudah lebih dari cukup untuk menjadi sekadar bukti bagi setiap makhluk bahwa adanya entitas yang menciptakannya. Namun, ternyata tak semua makhluk itu memiliki akal, sehingga jamak dari mereka yang kemudian tak paham akan hakikat penciptaan ini.Â
Maka, menjadi wajar jika Tuhan pun menegaskan, Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan-Nya, yakni bagi mereka yang berakal (Inna fii khalqis samaawaati wal ardhi la aayaatil liulil al-baab).
Diantara tanda orang yang berakal ini adalah ia senantiasa mampu menyadari akan eksistensi Tuhannya dalam keadaan apapun jua. Baik ketika ia dalam keadaan berdiri, duduk maupun berbaring. Tak sedetik pun waktu itu berentang tanpa adanya ingatan terhadap diri-Nya.
Selain itu, ia juga senantiasa mampu menalar atau bertafakur atas apa saja yang telah diciptakan oleh Tuhannya. Dan oleh karena ia begitu menyadari akan adanya keterkaitan yang sangat erat antara keduanya--Tuhan dan segala ciptaan-Nya, maka dengan penuh keyakinan ia pun dapat menyimpulkan, bahwa tidak ada sesuatu pun yang sia-sia dari apa yang telah diciptakan oleh Tuhannya. Rabbanaa maa khalaqta haadzaa baathilaa.
Selain itu, ia sendiri juga selalu diliputi rasa khawatir akan bahaya laten kebodohan yang timbul dari dalam dirinya maupun yang berasal dari lingkungan sekitarnya.
Sebab, kebodohan inilah yang terbukti telah menjadikan sekian banyak makhluk itu tak sadar akan segala karunia penciptaan Tuhan yang begitu luar biasa. Dan oleh karena kebodohan itu juga, kehidupan mereka menjadi menderita, baik ketika di alam dunia maupun ketika di alam akhirat kelak.
Maka, menjadi sangat wajar jika mereka yang berakal ini lantas memohon perlindungan kepada Tuhan mereka agar mereka dapat terjaga dari ragam ketidaktahuan yang berpeluang menjadikan kehidupan mereka menderita di hari kemudian. (*)