Jika kita pernah berkecimpung dengan kata maupun penerapan akuntansi ini, maka bisa jadi yang akan muncul dalam ingatan maupun angan-angan kita adalah berkait dengan laporan keuangan perusahaan. Baik itu perusahaan di bidang perdagangan, jasa, maupun manufaktur.
Dan jika bahasannya lebih dikerucutkan lagi, bisa saja akan merujuk pada kajian akuntansi biaya, akuntansi manajemen, akuntansi keperilakuan, hingga akuntansi multiparadigma.
Dari beberapa jenis pendekatan yang saya sebut tadi, sebenarnya wajar saja jika akuntansi kemudian dipahami demikian. Sebab, secara terminologi akuntansi sendiri merupakan serapan dari kata to account yang artinya menghitung.Â
Sehingga dalam hal ini menjadi lumrah jika perkara hitung-hitungan ini ditarik konsepnya secara khusus dalam lingkup perusahaan, meski pada praktiknya kita akan selalu menjumpai hitung-hitungan ini dimana saja.
Tidak percaya? Baiklah, mari coba kita telusuri satu persatu.
Saat kita mau belanja, misalnya, kita menghitung dahulu berapa jumlah anggaran maupun kebutuhannya, agar uang yang kita bawa tidak akan kurang saat berbelanja nanti.Â
Berikutnya, saat kita mau kulakan barang, tentu juga dihitung dahulu berapa potensi laba yang akan diraih. Kecuali Anda mau menjalankan bisnis dengan landasan sosial sepenuhnya.
Masih belum cukup? Baiklah, saya tambah tamsil satu lagi.
Seseorang yang mau nyalon atau memperoleh jabatan? Saya yakin, kalau khusus untuk yang satu ini landasannya bukanlah hitung-hitungan.Â
Sebab semua pihak yang mencalonkan diri untuk menduduki jabatan itu asasnya adalah ketulusan dan pengabdian. Tidak percaya? Silakan Anda tanya sendiri pada mereka. (Semoga dugaan saya ini benar. Hehe).
Baiklah, kawan. Daripada kita berdebat tak berujung tentang tulus tak tulusnya mereka yang hendak menjabat ini, marilah kita kembali ke bahasan tentang hitung-hitungan tadi.