Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengudar Makna Kehidupan dari Sebuah Tembang Mainan

20 Desember 2020   09:00 Diperbarui: 21 Desember 2020   22:53 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi para penjual tempe (tribunjateng) 

"Sek-sekan bakul tempe, ora payu dipangan dhewe"

[Berdesak-desakanlah para penjual tempe. Oleh karena dagangan tempenya itu tidak laku, maka pada akhirnya ia dimakan sendiri oleh si penjualnya].

Demikianlah kiranya arti yang terkandung dalam tembang mainan yang biasa dinyanyikan oleh bocah-bocah suku Jawa yang mencicipi masa anak-anak pada wangsa sebelum tahun 2.000 tersebut.

Lagu ini menggambarkan kondisi para penjual tempe yang berjajar berdesak-desakan ketika menjajakan jualan mereka di emperan kios pasar. Karena saking banyaknya penjual tempe itu, pada akhirnya ada yang jualannya laku maupun yang taklaku.

Bagi mereka yang dagangannya taklaku inilah, pada akhirnya mereka diberi saran oleh si pembuat lagu tersebut untuk mengonsumsi sendiri tempe dagangannya.

Sekilas, lagu tersebut serasa seperti lagu mainan biasa yang tak memiliki pesan khusus di dalamnya. Namun, baru-baru ini saya menjadi lebih sadar, ternyata di dalam lagu ini berisi pesan filosofis tentang cara menyiasati kehidupan. 

Apakah kira-kira pesan itu?

Baiklah. Sebelum kita mengulasnya, terlebih dahulu saya ingin sedikit berbagi cerita tentang pengalaman saya yang terkadang nimbrung berdiskusi dengan teman-teman Fakultas Ekonomi, khususnya Jurusan Manajemen. Pada beberapa diskusi, kami biasanya mengupas bahasan tentang biaya tertanam (sinking cost).

Sederhananya, biaya tertanam ini merupakan biaya yang ditanggung oleh para pelaku usaha manakala produk mereka itu taklaku di pasaran. Baik itu disebabkan oleh rendahnya permintaan pelanggan, perubahan selera pasar, meningkatnya persaingan, hingga produk yang sudah masuk masa kedaluwarsa.

Dengan demikian, produk taklaku tersebut jelas berpeluang akan menimbulkan kerugian bagi pelaku usaha. Kerugian inilah yang juga akan berimbas pada berkurangnya pendapatan, atau bahkan bisa sampai menggerogoti modal pemilik usaha, jika mereka takmampu mengompensasinya dengan laba yang diraup atau mengelola kembali barang taklaku tersebut.

Konsep biaya tertanam ini biasa ditemukan dalam kajian manajemen produksi, akuntansi manajemen, maupun akuntansi biaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun