Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Belajar Menjaga Konsistensi dari Sebuah Jam

6 September 2020   04:45 Diperbarui: 6 September 2020   05:50 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Ales Krivec (Unsplash)

Pada tulisan ini, saya hendak menceritakan sebuah pesan yang dulu pernah disampaikan oleh seorang rekan senior saya sewaktu masih belajar di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, yang bernama Mas Nafi' Jauhari Ulinnuha.

Suatu ketika, usai melaksanakan shalat maghrib berjamaah di masjid kampus, ia pernah ditunjuk oleh seorang takmir untuk menyampaikan kuliah tujuh menit. 

Pada kesempatan penuh berkah itu, rupanya ia hendak bercerita pada jamaah yang ada di sana tentang sebuah kisah jam dan penciptanya. 

Sebelum memulai ceritanya, Mas Nafi' pun sempat memberikan disclaimer alias bocoran atas jalannya cerita fiksi yang hendak disampaikannya ini. Yakni dengan mempersilakan jamaah untuk boleh tidak mempercayai jenis fiksi ceritanya. Namun, ia berharap pada mereka yang menyimak kisahnya untuk dapat mengambil sebuah pesan moral yang ada di baliknya.

Dalam kultumnya itu ia menuturkan:

Alkisah, pada sebuah masyarakat yang masih mempercayakan informasi waktu berdasarkan peredaran matahari dan bulan, dan sebagiannya lagi dengan menggunakan jam pasir, terdapatlah seorang ilmuwan yang berinisiatif untuk menciptakan proyek percontohan teknologi modern yang belum pernah ada pada masanya itu, yakni jam. 

Latar belakang sang ilmuwan berkeinginan untuk menciptakan jam ini adalah sebab ia menganggap informasi waktu pada masanya itu masih kurang terperinci untuk menentukan pergantian masa. Lantaran yang mereka pahami hanyalah pagi, siang, sore dan malam. Sehingga, mau tidak mau, ia pun tertantang untuk membuat sebuah terobosan baru yang kelak mungkin saja akan bermanfaat untuk manusia lainnya. 

Sebelum ia memulai mewujudkan penelitian pertamanya ini, terjadilah sebuah dialog imajiner antara si ilmuwan pembuat jam dengan calon jam yang akan dibuatnya. 

Dalam dialognya itu, seakan ia hendak membentuk pemahaman bersama dan sebuah kesepakatan dengan benda ciptaannya itu. 

"Wahai calon jam, bagaimana kalau setelah ini kamu aku beri tugas?" tanya sang ilmuwan pencipta jam itu membuka percakapan. 

"Tugas apa?" calon jam balik bertanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun