Mohon tunggu...
kang abi
kang abi Mohon Tunggu... Relawan - Penggagas komunitas DUDUK DIAM

Pernah membawakan program siaran Sound Of Spirit (SOS) di radio Mustang 88FM jakarta (tahun 2004-2017). Penulis Buku Get Real ( Gagas media)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sosok Pak Sutopo di Mata Tetangga

9 Juli 2019   14:34 Diperbarui: 9 Juli 2019   19:19 2789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sutopo Purwo Nugroho(KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN)

Kopi pahit masih lagi disruput. Hangat kuku dirasa bibir dan lidah, segar dan sedap rasanya. Sambil bersila di teras, lega dan getir masih beda tipis dirasa di dada.

Malamnya saya baru saja kambali setelah sejak 30 September 2018 bersama beberapa teman relawan berangkat ke Palu Sulawesi Tengah menyusul bencana gampa berkekuatan 7.7 magnitude, yang diiukuti tsunami dan likuifaksi pada 28 September 2018 pukul 18.02 WITA.

Saya katakan lega, karena saya bisa pulang kerumah, berkumpul kembali bersama keluarga. Getirnya, bencana alam tersebut sangat dahsyat jumlah korban jiwa dan dampak kerusakannya.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada 10 Oktober 2018, 13 hari setelah bencana itu terjadi, merilis melalui Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat---Bapak Sutopo Purwo Nugroho, 2.045 korban meninggal, sementara bangunan rusak untuk wilayah Petobo Palu saja terdapat 2.050 unit bangunan.

Pihak BPPT (Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi) menyetarakan kehebatan gempa ini dengan 200 kali bom Hiroshima Jepang di tahun 1945 dengan kekuatan 3 x10 6 ton TNT.

Segala kilasan ingatan dan bayang-bayang kepedihan warga Sigi Biromaru, Palu dan sekitarnya buyar dari pikiran setelah mata saya menangkap sosok berkaos abu-abu dari balik pepohonan besar di taman depan rumah. "Pak Sutopo," bisik saya. Saya sigap meletakan cangkir kopi dan berdiri mengenakan sendal saraya menyusul sosok yang begitu lambat jalannya.

"Pripun, Pak?" sapa saya.

"Nggieh, beginilah. Sekarang ini anda lihat kan, jalan saya makin miring, suakitnya walah," Sahut Pak Sutopo sambil mengusap-usap dada kirinya. Ngilu rasanya mendengar itu.

Obrolan pagi dengan tokoh yang dikenal sangat dekat dengan para jurnalis ini makin asyik, saya mengonfirmasi beberapa data temuan saya di lapangan pada beliau, dijawab dengan juga memperlihatkan data yang dimiliki melalui telepon selulernya.

"Saat ini BNPB yang diminta Presiden sebagai juru bicara yang menyampaikan dan menjelaskan kepada masyarakat soal apa yang terjadi dan perkembangan gempa Palu, setelah sebelumnya Pak Wir (Bapak Wiranto Menkopolhukam) juga ikut menjelaskan ke masyarakat. Tapi ya sekarang cukup satu sumber saja," lanjut Pak Sutopo.

"Saya sempat telpon Bapak saat saya dan para relawan menuju Tompe Bugis, maksud saya untuk melaporkan karena ada sekelompok relawan yang terjebak longsor di daerah Lindu, tapi koneksi jaringan sulit, cuma calling tidak ringing," lanjut saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun