Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hikmah Cinta, Mengantar Istri Belanja

20 Januari 2019   11:58 Diperbarui: 20 Januari 2019   12:35 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belanja.foto:kompasiana.com

Yang namanya belanja bagi seorang lelaki seperti saya, rasanya bagai jumpalitan di atas aspal jalanan, jalan tol  lagi.

Apalagi  kalau belanjanya sayuran dan bahan dapur,wah bisa rontok ketampanan saya, maka urusan belanja biarlah sang istri yang melakukan. Saya hanya mengantar dan nggak pernah lupa siapkan uang belanjanya.

Pertama dulu mengantar istri berbelanja,saya kebagian tugas  membawa keranjang belanjaan.ya namanya perempuan, kalau belanja memang lama.

 Sampai pegal kaki ini berkeliling di dalam pasar. Beli satu jenis sayuran saja,bisa sampai lima atau enam kios di datangi. Coba kalau saya yang belanja,cukup satu tempat dan berapapun harganya langsung bayar.yang penting cepat selesai.

Sekali, dua kali sampai seratus kali menemani istri belanja,hati ini sering dongkol nggak karuan.pingin rasanya ngomel panjang lebar di depan istri, biar dia tahu betapa tersiksa suaminya ini.

Tapi setelah bertahun tahun mengantar dan menemani istri belanja, seperti ada sesuatu yang luput dari perhatian entah itu ketika istri menawar belanjaan, atau ketika dia dengan lincahnya zigzag pindah dari satu kios kekios lainya.

Ternyata ketika istriku dengan gigih menawar harga suatu barang, sesungguhnya pada saat itu istriku sedang mempertahankan setiap lembar rupiah hasil jerih payah suaminya.

Bahkan kadang kadang selisih harga seratus rupiah saja istriku relah pindah ke kios lainya. Apakah istriku pelit?jawabanya tidak, sesungguhnya istriku melakukan itu, karena dia paham betul bahwa suaminya ini telah bersusah payah dengan cucuran keringat untuk bisa menafkahikeluarganya.

Dan sekarang setiap melihat istriku menawar belanjaanya, aku melihat istriku bagai seorang bidadari yang di turunkan tuhan dari langit untuk menemani hidupku agar bahagia.

Dan tiap kali istriku zigzag mencari barang yang lebih murah,tanpa peduli berdesak desakan dan beceknya pasar,saat itu istriku berubah bagai serikandi sang pahlawan,yang demi amanah rela berkorban. Ternyata dari rutinitas sehari hari banyak makna yang tersembunyi. Salam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun