Mohon tunggu...
Andhika Alexander
Andhika Alexander Mohon Tunggu...

Mahasiswa Pascasarjana Program Magister Profesi Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

IPK: Penting Gak Sih Dalam Kerjaan?

7 November 2014   02:33 Diperbarui: 4 April 2017   17:17 2858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saya sedang ditugaskan untuk mengevaluasi kegiatan workshop sebagai rangkaian proses rekrutment karyawan di Jogja. Selesai workshop, salah seorang peserta mendatangi atasan saya dan bertanya,

“Ketentuan untuk melamar di tempat Bapak, yaitu IPK harus minimal 2.75. sayangnya, IPK saya tidak sampai segitu. Tapi, bukan karena saya tidak mampu di bidang akademik. Ada alasan yang tidak bisa saya ceritakan ke Bapak mengenai IPK saya. Nah, apakah itu masih bisa ikut seleksi?”

Apakah IPK itu penting? Sejauh ini, saya belum pernah membaca penelitian hubungan IPK dengan kinerja. Jadi, belum tentu seseorang dengan IPK tinggi mampu menunjukkan kinerja yang baik, dan IPK rendah kurang mampu perform.

Di berbagai industri, seleksi berkas (seleksi CV dan surat lamaran) adalah tahapan awal dalam proses rekrutmen. Seleksi berkas biasanya melalui manual dengan menggunakan drop-CV maupun komputerisasi. Nah, salah satu syarat yang diajukan para rekruter adalah IPK minimal. Jika pelamar tidak memenuhi kualifikasi IPK minimal, maka CV atau surat lamarannya (baik secara manual maupun komputerisasi) langsung dijadikan trash (tidak diproses lebih lanjut atau gagal ke tahap berikutnya).

Sama seperti kasus di atas. Apapun alasan si pelamar mendapatkan IPK di bawah standar minimal, maka sistem tidak akan memprosesnya lebih lanjut. Si pelamar tadi bertanya lebih lanjut,

Pak, misalnya kan kita ngisi CV secara komputerisasi. Nah, saya mengisi kolom IPK dengan standar minimal yang ada di kolom tersebut. padahal, IPK saya lebih rendah daripada di kolom. Itu bagaimana?”

Jawabannya sederhana, bagaimana si pelamar bisa mempertanggungjawabkan data yang ia berikan ketika ditanya saat interview? Tentu ia tidak bisa karena IPK antara yang ia isi di komputer dengan senyatanya tidaklah sama. Berarti, ia sudah tidak jujur dengan data yang ia berikan, bukan?

Standar IPK?

Lalu, kemudian, muncul pertanyaan, berapa standar IPK yang diminta perusahaan? Tergantung perusahaan tersebut. Namun, rata-rata IPK standar yang diminta perusahaan adalah berkisar 2.75 – 3 dalam skala 4.

“Lah, bagaimana dengan mereka yang mendapatkan IPK di bawah 2.75 itu?”

Selama saya melakukan proses rekrutmen, saya pun mempertimbangkan minimal IPK karena merupakan standar perusahaan. Jika seorang pelamat memiliki IPK dibawah 2.75, meksipun ia aktif berorganisasi, cenderung tidak saya proses kembali. Asumsinya, masih banyak orang yang sama-sama aktif di organisasi, dan memiliki IPK (yang paling tidak) memenuhi standar perusahaan. Tapi, jangan berkecil hati. Cobalah terus melamar pekerjaan, atau bahkan berusaha menjadi seorang entrepreneur. Tetap semangat! Bagi mereka yang belum lulus kuliah, carilah IPK Anda sebaik mungkin tanpa menjadi seorang mahasiswa “kupu-kupu”.

“Kalo yang IPK di atas 3, apakah sudah pasti mendapatkan pekerjaan?”

Cenderung, orang yang memiliki IPK di atas 3, akan “lebih dilirik” oleh perusahaan. Namun, tidak serta merta ia diterima bekerja. Tentu saja seleksi berkas adalah tahap awal dari proses rekrutment. Ia harus menjalani serangkaian proses rekrutmen (dan pastinya menggunakan standar perusahaan, loh ya) dan harus lolos di tiap proses tersebut. Jadi, jangan dulu berbangga bagi mereka yang mendapatkan IPK lebih dari 3 bahkan 4. Okelah, Anda berkemungkinan besar lolos tahap seleksi berkas, namun, di tahap berikutnya, adalah suatu pantangan jika Anda mengganggap remeh tahapan-tahapan selanjutnya!

Jadi, apakah IPK itu penting? Silahkan Anda merumuskannya sendiri. Yang pasti perusahaan punya standar minimal terhadap IPK itu sendiri, dan juga, perusahaan tidak akan silau oleh tingginya IPK seorang mahasiswa.

Selamat berkarya!

Warmest Regards,

Andhika Alexander Repi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun