S I A - S I A
(Fragmen hitam dan putih)
Kita manusia tidak hidup sendirian dalam semesta. Kita berdampingan menghirup udara yang sama, dengan burung pipit dan alap-alap. Dan kita berpijak di tanah yang sama, dengan kucing, bahkan buaya. Tapi kadang kita merasa menang, mengeksploitasi alam dan menebang pepohonan. Menanami bentangan luas hutan rimbun, dengan karet atau bahkan daun mariyuana.
Dan sering ada yang luput memahami, dari ragam ciptaan, mengapa ada satu dua yang ditegaskan bahwa itu haram. Itu terlarang. Menyentuhnya menajiskan.
Lalu, mengapa semua itu ada? Demikian orang bertanya.
Yah, jika tuak itu memabukkan, mengapa harus ada anggur di dunia ini. Jika opium itu narkotika, mengapa buah candu sebagai "inangnya" harus tumbuh juga.
Tentu banyak yang memimpikan kehidupan tanpa hitam dan putih. Dimana kejahatan adalah ilusi, dan semua orang selalu tersenyum ramah kepada sesama. Jalanan nihil akan kriminalitas, dan kita tak perlu takut meletakkan tumpukan uang di halaman rumah. Seminggu berlalu tanpa manusia melakukan dosa.
Tapi itu mimpi yang terlalu terburu-buru bagi yang masih hidup di dunia, karena semua cerita itu adalah sedikit gambaran surga. Kehidupan sebelum mati lain ceritanya. Meskipun saat ini kita sering melihat gelimang salah dan derita, atau orang yang bersimbah air mata, namun itu pun tentu ada artinya.
Sebab tak ada yang tercipta sia-sia. Bahkan dalam segenggam rumput yang tak pernah dipedulikan, konon bernaung padanya banyak sekali kehidupan.
***
Dan ada frasa yang menarik dari sebuah buku anti-mainstream. Karya yang membahas sejarah daun ganja. Yah, jika ganja adalah tumbuhan terlarang, mengapa ia harus ada?