Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Setiap Kali Menulis adalah Setiap Kali Kita Belajar Kembali

3 September 2020   06:59 Diperbarui: 3 September 2020   06:57 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada akhirnya, untuk menikmati puisi-puisi eyang Sapardi, seperti halnya kata pak Bakdi Soemanto, kita perlu latihan.

Menulis puisi mungkin bisa menjadi semacam curhat terang-terangan dengan bahasa isyarat. Sajak adalah rangkaian kalimat yang sangat pribadi, sebab meskipun semua orang bisa membaca sajak-sajak kita, namun tidak semua dari mereka mampu mengerti apa maksudnya.

"Jika puisi ini mengingatkan kita agar tidak memetik bunga, sebenarnya suatu peringatan bahwa bunga itu nantinya akan mati sendiri dengan indah." (Bakdi Soemanto)

Kita bisa mencurahkan keluh kesah, tanpa takut ataupun ada perasaan resah bila terjadi hal yang tidak diinginkan dari sebuah kesalahpahaman. Kita bisa berkilah, bisa mengelak, bahwa yang orang lain pahami bukanlah apa yang kita kehendaki. Meskipun mungkin kita jadi berdusta, terhadap para pembaca yang teliti.

"... Tetapi, kita harus insyaf pula bahwa penjelasan dan penafsiran sajak tidak pernah dapat menggantikan sajak itu sendiri. Sebab, sajak yang baik adalah ekspresi yang ideal dari kebenaran yang direbut dari kehidupan." (Profesor Dr. Andries "Hans" Teeuw)

Dalam penilaian pak Bakdi Soemanto, puisi bagi Sapardi Djoko Damono adalah alat ucap kecil, dalam rangka meraih penyajian pengalaman yang lebih besar. Walaupun puisi juga bisa menjadi gambaran besar untuk menyajikan hal yang kecil. Semua bisa dicitrakan dengan simbolisasi. Kisah hidup satu orang bisa menjadi pelajaran bagi semesta lain yang peduli. Kita hanya perlu bercermin, berharap tidak harus mengalami kepahitan sebab kecerobohan.

Jangan sampai mendulang kecewa, karena enggan membaca sejarah dan catatan. Padahal sudah jadi tajuk yang merupakan bahan gunjingan di koran-koran. Kemudian justru mengeluh dan mengatakan "aku sendiri lagi dalam keterasingan".

istimewa
istimewa
***

Sekali lagi saya terjebak untuk tertarik membaca buku yang spesifik. Dalam tulisan pak Bakdi Soemanto ini rihlah panjang eyang Sapardi Djoko Damono dijelaskan dengan rinci. Karya dan kiprahnya. Atau kehidupan masa kecil yang memengaruhi karya-karyanya.

Sebuah pembacaan kronologis atas karya-karya Sapardi Djoko Damono. Teliti dan menjelaskan interpretasi lugas, bagi orang yang masih awam dengan karya-karya beliau. Kita bisa tahu hal yang sebelumnya asing, karena pak Bakdi Soemanto menelaah karya-karya Sapardi Djoko Damono dengan cermat dan sistematis.

Kita bisa saja menemukan motivasi dan konotasi terpendam dalam puisi eyang Sapardi dari petunjuk dibalik kata-kata pak Bakdi Soemanto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun